Jeremy melangkah masuk ke kantor Mr. Collins dengan aura gelap yang menyelimuti dirinya. Pintu di belakangnya tertutup keras, mengunci ruangan itu dalam keheningan yang mencekam. Di tangannya, sebuah pistol berkilat di bawah cahaya lampu. Dia memainkan senjata itu dengan santai, seolah-olah benda itu hanyalah mainan. Mr. Collins, yang duduk di balik meja, mencoba mempertahankan ketenangannya, tetapi wajahnya yang pucat tidak dapat menyembunyikan rasa takut yang mulai menguasainya. Matanya terpaku pada pistol di tangan Jeremy. Jeremy menyeringai, tetapi senyumnya tidak membawa kehangatan. Itu adalah senyum penuh ancaman. “Aku tidak suka mengulangi diriku, Collins,” katanya dengan nada tenang namun dingin. “Kau punya satu tugas sederhana: mencari Briana dan membawanya padaku. Tapi samp