Briana mengusap perutnya yang telah membesar, memandangnya dengan campuran perasaan cemas dan bahagia. Usia kehamilannya telah mencapai sembilan bulan, dan ia tahu bahwa waktunya semakin dekat. Sambil duduk di teras kecil rumahnya, ia menikmati angin sejuk sore itu. Di sebelahnya, duduk Bibi Margo, seorang wanita paruh baya yang telah menjadi seperti keluarga baginya di desa kecil ini. Bibi Margo, dengan rambutnya yang mulai memutih dan senyum lembut yang selalu menghiasi wajahnya, sudah seperti malaikat pelindung bagi Briana. Wanita itu tidak memiliki keluarga, dan kehadiran Briana telah memberinya tujuan baru dalam hidup. Ia selalu membantu Briana, mulai dari memasak, membersihkan rumah, hingga sekadar menemani Briana berbicara ketika malam terasa sepi. “Briana, kamu yakin tidak ma