Arum berdiri terpaku di depan pintu apartemennya. Di lantai, tergeletak sebuah amplop cokelat dengan namanya tertulis rapi di bagian depan. Tangannya gemetar saat mengambil amplop itu, dan saat membukanya, hatinya terasa seperti dicengkeram. Surat cerai. Matanya menatap surat itu dengan tajam, seolah-olah ingin memastikan bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk. Tapi kenyataan tidak bisa dihindari. Nama Jeremy tertulis jelas sebagai penggugat. Arum menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang tamu, surat itu tergeletak di pangkuannya. Napasnya tersengal-sengal, dadanya sesak oleh rasa sakit dan kemarahan. "Kenapa ini harus terjadi padaku?" gumamnya, matanya mulai memanas oleh air mata. Dia telah berusaha menjadi istri yang baik, menjalani kehidupan pernikahan yang menurutnya sempurna, meskip