Lolita duduk di sudut sebuah kafe kecil di pinggir jalan utama kota. Matanya menatap kosong ke luar jendela, memperhatikan lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki tanpa benar-benar melihat. Di depannya, secangkir kopi yang sejak tadi tidak disentuh mulai kehilangan kehangatannya. Jemarinya melingkari cangkir itu, seolah mencari kehangatan yang bisa sedikit mengusir kegelisahan dalam hatinya. Sejak pertemuannya dengan Liana tadi siang, pikirannya tak bisa tenang. Kata-kata wanita itu terus terngiang di kepalanya. “David mencintaimu, Lolita. Aku tahu itu. Dan aku juga tahu bahwa kau masih memiliki perasaan untuknya.” Lolita menghela napas panjang. Jemarinya tanpa sadar meremas dadanya perlahan, tepat di bagian jantungnya yang terasa sesak. Ia tahu perasaan itu. Ia mengenalnya dengan san