Briana mengeram pelan ketika mendengar suara Mamanya, Arum, yang memanggilnya dengan suara keras dari luar kamar. “Briana! Cepat bangun, sudah jam berapa ini? Kamu harus berangkat kerja!” Suara itu menggelegar, membuyarkan sisa mimpi yang masih melekat di benak Briana. Ia memejamkan mata lebih erat, berharap bisa mengulur waktu meski hanya sebentar. Namun, ia tahu, ibunya tidak akan menyerah. Dengan berat hati, Briana menggerakkan tubuhnya yang terasa berat. Kepalanya berdenyut pelan akibat begadang semalam, menyelesaikan laporan yang harus ia serahkan hari ini. Setelah menurunkan kakinya dari tempat tidur, Briana membuka pintu kamar. Di sana berdiri Arum dengan tangan di pinggang, wajahnya tegas tapi penuh perhatian. “Lama sekali kamu membuka pintu. Cepat mandi. Kamu harus sampai di