Hujan rintik-rintik turun, membasahi trotoar yang sudah mulai gelap. Lampu-lampu jalan menyala temaram, menciptakan bayangan samar di permukaan aspal yang basah. Lelaki bertopi dan bermasker itu berdiri diam di bawah rintik hujan, punggungnya bersandar pada dinding tua di seberang rumah bertingkat empat milik Jeremy. Seperti bayangan dalam gelap, dia diam mengamati. Asap rokok yang diisapnya mengepul, melayang perlahan sebelum menghilang. Matanya yang tersembunyi di balik masker dan topi tajam menatap ke arah balkon lantai dua. Dengan tenang, ia mengangkat teropongnya, mengintai sosok yang menjadi targetnya. Di sana, Briana berdiri sambil menggendong Jevian, bayi kecil yang tertidur pulas dalam pelukannya. Wajah bayi itu begitu mirip dengan Jeremy. Mata, hidung, bibir—semuanya nyaris