Jeremy duduk di kursi kerjanya, pandangan matanya tertuju pada layar laptop di depannya. Berkas-berkas proyek penting terserak di meja, tapi pikirannya sulit fokus. Matanya beberapa kali melirik ke arah kaca besar yang memperlihatkan pemandangan ruang kerja luar. Di sana, Briana duduk di sebelah Joseph, sekretaris utamanya.
Briana tampak sedang sibuk mengetik di laptopnya. Rambutnya yang tergerai rapi, wajahnya yang serius, dan gestur tangannya yang lembut selalu menarik perhatian Jeremy. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Jeremy tidak bisa berpaling, meskipun ia tahu semua ini salah.
Ketika Joseph berdiri untuk pergi ke pantry, Jeremy langsung melihat peluang. Ia mengangkat telepon internal dan menekan tombol yang langsung terhubung ke meja Briana. Suaranya dingin tapi tegas.
