Tiba-tiba pintu terbuka. Ayub terperanjat dan seketika matanya terbuka. “Salwa?” Salwa tersenyum. “Ka… kamu ngapain?” Meski tubuh Ayub tertutup busa sabun, namun ia gugup mengingat ia dalam posisi tanpa sehelai benang. Sudah dalam ikatan halal begini, Ayub masih saja merasa sangat canggung. “Aku tadinya cuma mau nyiapin air hangat dan busa sabun untukmu,” jawab Salwa ringan. “Hmm… Jangan-jangan kamu mau ngintip?” seloroh Ayub memulai. Ia berusaha membuat dirinya rileks tanpa memperlihatkan kegugupan di hadapan Salwa. “Penasaran sama aku, ya?” “Kenapa harus ngintip. Kalau aku mau langsung masuk aja.” Salwa mendekati Ayub dan duduk di sisi bak membuat Ayub menegakkan punggung. “Emangnya siapa yang mau ngelarang aku deketin kamu kayak gini, hm?” Ayub tersenyum kaku. “Perlu ku