“Jangan bicara apapun untuk membela diri. Kepercayaanku padamu udah kandas. Cepat pergi sebelum terjadi yang lebih buruk!” lanjut Ayub lalu melepas cengkraman tangannya ketika Harun terbatuk-batuk. Kemudian Harun cepat-cepat pergi tanpa sepatah kata. Salwa menangis. Air mata deras membanjiri wajahnya yang sembab. Jika dalam keadaan normal, seharusnya Ayub menikmati keindahan dan kecantikan wajah istrinya yang saat itu terlihat sangat mempesona mengenakan pakaian gamis indah berwarna putih. Isakan dan sedu sedan membuat Salwa tidak mendapat jeda untuk bicara. “Buang jauh air matamu. Tadinya aku nyesel udah nganterin Zul sampe-sampe harus ninggalin kamu. Bahkan otakku selalu mencemaskanmu. Tapi ternyata kecemasanku sia-sia. Udah berapa kali kubilang padamu jangan berdua denga