Bu Mariam mendekati Nur. Ekspresinya yang emosi berubah dengan ketakutan. Setelah perbincangan yang ia dengar, ia merasa puterinya tergila-gila pada Ayub hingga nekat memfitnah Salwa. “Nur, kau sangat mencintai Ayub, jangan-jangan apa yang baru saja terjadi memang benar hanya rekayasamu? Kau jebak Ayub supaya bisa bersamamu?” Bu Mariam mendekati wajah puterinya yang tertunduk. Nur menangis. Tidak menjawab. “Demi Allah, saya nggak akan merendahkan diri dengan ngelakuin perbuatan serendah tadi,” ujar Ayub berusaha memberi keyakinan pada Bu Mariam. Air mata Bu Mariam menitik dan diusap dengan ujung jilbab. Namun terus mengalir membasahi pipi. “Nur, kamu telah zalim dengan fitnahmu itu,” kata Ayub tegas. “Hati-hatilah pada doa orang yang kau zalimi. Di tangan mereka, doa lebih