Setelah agak lama terdiam, akhirnya Ayub berkata, “Bersiaplah, kita akan ke rumah Nabila. Kami mengadakan acara perayaan kelulusan kuliah di sana.” Salwa mengerutkan hidung. Menggaruk pelipis. “Mm... Aha... Aku lagi nggak mood. Aku nggak ikut. Pergilah sendiri sana!” jawabnya nyengir. “Itu kan acara kalian, acara orang-orang yang lulus dari bangku kuliah. Aku bukan bagian dari kalian. Iya, kan? Iya, kan?” ujarnya sembari mengayunkan kepala ke samping kiri dan ke kanan. “Kamu memang bukan bagian dari mereka, tapi bagian dariku, kamu adalah istriku. Boleh kok bawa pasangan masing-masing. Acara ini terbuka.” Salwa menatap Ayub serius. “Tapi Nabila bakalan tahu kalo aku ini istrimu.” Matanya melebar. Ayub tertegun. Bahkan ia melupakan hal itu. Melihat Salwa mengenakan muken