Mikayla menatap lantai rumah neneknya yang kini sudah bersih. Bau lembap yang semula memenuhi ruangan perlahan tergantikan oleh udara segar dari jendela yang terbuka. Ia berjalan ke dapur, menyentuh permukaan meja kayu yang sudah bebas dari debu. Lalu melangkah ke kamar kecil di pojok rumah, tempat ia selama ini tidur beralaskan selimut tipis. Ia membuka lemari tua yang berderit saat ditarik. Kosong. Hanya ada selembar jaket kusam dan beberapa baju tidur yang bahkan sudah kekecilan. “Aku tidak bisa pakai ini untuk melamar kerja,” gumamnya pelan, nyaris seperti mengadu pada dirinya sendiri. “Kalau aku diterima kerja, aku akan beli satu stel pakaian yang layak. Setidaknya satu.” Ia memejamkan mata sejenak. Lemari itu membuatnya sadar bahwa ia benar-benar mulai dari nol. Tak ada bantuan. T

