"Satu bulan lagi kita SAH, Yoan. Pas tepat di hari ulang tahunku dan keesokkan harinya kau akan menikahi kamu," ucapku lantang.
Lagi -lagi Yoan menatapku seolah tak percaya. Satu bulan bukanlah waktu yang sebentar, dan masih banyak yang bisa terjadi dalam waktu satu bulan itu termasuk soal pasangan hidup nantinya.
"Kamu yakin? Kamu bisa pegang janji kamu?" tanya Yoan pelan sambil merapikan pakaiannya.
Aku berjalan mendekati Yoan dan memegang dagu calon istriku itu. Ku ciumi perlahan.
"Aku tidak mau melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Aku tidak mau kehilangn kamu lagi, Yoan. Apalagi haru berpisah dengan kedua buah hati kita. Ini moment yang selalu aku tunggu. Aku sudah berubah, tidak seperti dulu," ucapku meyakinkan Yoan.
"Buktikan saja. Aku tidak perlu janji atau sebuah kata -kata. Aku hanya butuh pembuktian, kepastian, dan nyata," ucap Yoan pelan.
"Aku pasti buktikan dalam sebulan ini," ucapku lebih meyakinkan lagi.
"Ya ... Aku tunggu. Makanlah dulu? Aku mau urus si kembar," ucap Yoan pelan.
Aku langsung membatu Yoan. Mengurus dua anak sekaligus tentu tidak mudah. Saat Yoan mulai menyiapkan pakaian kedua buah hatinya termasuk bedak, minyak telon dan lotion serta cologne dengan dua aroma. Yoan sengaja memberikan dua aroma yang berbeda karena kedua buah hatinya memiliki jenis kelamin yang berbeda.
Yoan pun mulai mengangkat Ratu dan membawanya ke kamar mandi. adi ia sudah menyiapkan air hangat di ember besar untuk memandikan bayi.
Pagi - pagi memang super sibuk. Mendengar kedua bayinya menangis secara bersamaan dengan suara yang begitu keras seperti memekakkan telinga.
"Cup ... cup ... cup ... Sayang. Mandi dulu baru nanti minum s**u. Nunggu Mama ya," ucapku berusaha menenangkan Raja dengan menggendoang seperti memeluk sambil menepuk nepuk pungunggnya.
Yoan sudah membawa masuk kembali Ratu dan menghandukinya di atas tempat tidur dan memakaikan semua perlengkapan yang sudah di siapkan . Lalu di sisir ramput tipis bayi mungil yang montok itu.
Ratu sudah cantik dan sudah rapi, untung saja belum mulai menangis dan mengamuk meminta jatah s**u pagi sebagai sarapannya.
"Sini Mas. Biar aku mandikan Raja. Kalau sudah selesai kan tinggal menyusui mereka," ucap Yoan mengambil alih gendongan Raja yang terlihat mulai nyaman dalam gendonganku.
Raja pun mulai berkoar menangis keras saat di ambil sang Mama. Ia tahu sebentra lagi dirinya harus segera mandi dan sepertinya bayi lelaki ini agak malas kalau di suruh mandi.
"Nangistuh, Sayang. Gak tega dengernya," ucap ku pelan kepada Yoan yang meletakkan Raja di kasur dan membuka semua pakaian bayi itu.
"Mas ... Bayi yang sehat itu pasti menangis. Karena bayi hanya bisa menangis, semua ekspresinya dengan tangisan, marah, takut, kesal sampai rasa bahagia juga menangis. Dengerin deh, lama -lama Mas pasti hapal suara tangisan bayi, dia lagi mau apa, pengen apa," ucap Yoan pelan. Ia kembali menggendong Raja dan membawa pakaian kotor itu ke dalam keranjang cucian kotor.
Aku langsung mnedekati Ratu yang juga menatapku sambil mengenyut jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan, sepertinya memang sedang haus tapi tidak menangis.
Ku usap kepala bayi itu lembut dan ku ciumi seluruh wajahnya yang gembil dengan gemas hingga seluruh wajah bayi itu habis aroma wanginya. Lucu sekali memang. Waktu seharian tidak akan terasa bila bersama kedua buah hatinya. Waktu akan terasa kurang saja.
Yoan dan Raja sudah kembali. Kini saatnya Yoan mendadani anak lelaki yang memang mirip dengan ku. Satu tahi lalat yang di miliki Raja sama persis ku miliki juga di tempat yang sama yaitu di pergelangan tangan kanan.
"Mirip sekali dengan ku. Lihat tahi lalatnya besarnya pun sama. Anak papah ya? Raja dan Ratu kan anak Papah David," ucap ku semangat.
"Mas gak sarapan dulu. Nanti kesiangan," ucap Yoan kepadaku mengingatkan.
"Kamu saja masih sibuk urus anak. Masa iya Mas mau enak -enak makan," ucapku pelan.
Aku baru merasakan berperan sebagai suami sekaligus sebagai Papah. Walaupun aku belum menikahi Yoan secara resmi, tapi aku yakin semua ini akan ku lakukan.
Selesai juga mengurus kedua buah hatinya hingga kini kedua bayi itu berada di kasur lantai yang ada di depan dengan di berikan mainan stimulasi berupa bunyi -bunyian yang di letakkan di atas mereka sehingga pikiran dan mata mereka terfokus menatap benda berwarna warni dnegan suara yang menenangkan hati.
Sambil sarapan pagi, Yoan masih tak tinggal diam. Ia menikmati sarapan paginya dengan menyusui Ratu terlebih dahulu.
"Setip pagi selalu seperti ini?" tanyaku pelan sambil mengunyah nasi goreng spesial buatan Yoan yang memang terasa sangat spesial sekali.
Yoan mengangguk kecil sambil tersenyum.
"Di ribetin untuk urusan anak itu adalah kewajiban seoarng Ibu. Dan aku sellau bahagia jika mengurus merea. Inginnya tidak bekerja, agar aku punya waktu dua puluh empat jam untuk mereka," ucap Yoan pelan.
"Ya sudah. Kamu tak perlu bekerja lagi. Biar aku saja yang bekrja, kamu urus anak kita. Aku akan cari tempat tinggal yang lebih nyaman," ucap ku mecari solusi.
Yoan menggelengkan kepalanya cepat.
"Gak Mas. Sebelum kita terikat pernikahan. Aku akan tetap bekerja dan mencari unag untuk kedua buah hatiku," ucap Yoan pelan.
Mendengar hal itu, aku langsung meletakkan piring yang berisi nasi goreng itu dan mengambil dompet yang ada di saku. Aku keluarkan salah satu kartu ATM dari beberapa kartu ATM yang aku miliki. Kartu ATM itu adalah kartu ATM utama dengan saldo yang cukup fantastis.
"Ini untukmu. Pakai untuk kebutuhan kamu dan anak kita. Dan ini adalah nafkah dari aku untuk kamu. Aku tidak mu kamu menolaknya," ucapku menitah Yoan.
Yoan hanya menatap ku dan menatap kartu ATM itu secara bergantian.
"Mas ... Aku gak bisa nerima,' ucap Yoan menjawab lirih. Ia terus fokus menyusi Ratu sampai bayi itu meepaskan putisng s**u milik Yoan sebagai tanda bayi itu telah kekenyangan.
"Ambilah. Mas ingin paksa kamu meneima ini. Raja dan Ratu adalah anak Mas. Mereka berdua dan kamu adalah tanggung jawab Mas. Inget, Mas hanya ingin kamu dan anak -anak bis aberkumpul dalam ikatan SAH. Bantu Mas untuk meyakinkan keluarga besar Mas, meyakinkan kalau kita bisa bahagia, dan meyakinkan kalau kedua bayi ini memang anak kita, Sayang," ucapku pelan.
"Aku harus melakukan tes DNA? Apa Kamu masih ragu dnegan keberadaan si kembar?" tanya Yoan bingung. Ia meletakkan Ratu dan kini ganti menggendong Raja dan menyusui anak lelaki itu pada posisi p****g yang lain.
Bisa terlihat jelas, Yoan seperti melepaskan beban sakit di bagian buah dadanya setelah bayi laki -laki itu meneyedot keras p****g s**u untuk menghasilkan s**u yang lebih banyak di setiap hisapannya.