"Bukan ragu. Sama sekali gak ada keraguan. Mas malah sangat yakin kalau Raja dan Ratu itu memang darah daging Mas sendiri. Apalagi kalau gendong Raa, mungkin karena kita sama -sama laki -laki, rasanya tuh beda banget," ucap ku pellan.
Yoan tak bisa menjawab. Memang kedua buah hatinya anak dari David. Ia tak memungkiri ikatan batin antara Ayah dan anaknya itu.
"Tapi aku gak bisa nerima ini Mas. Biar aku cari sendiri uang untuk kedua anakku dengan bekerja," ucap Yoan pelan.
"Sayang ... Kamu itu tanggung jawabku. Sudahlah aku gak mau berdebat masalah ini. Kamu mau kerja terserah, tapi terima ini. Suatu hari, kamu pasti butuh ini. Terima ya?" pintaku kepada Yoan.
Minimal Yoan mau terima. Perkara ia mau menggunakannnya atau tidak itu soal nanti. Satu bulan ini adalah perjuangan David untuk meyakinkan Yoan dan kleuarganya. Banyak perempuan yang akan di kenalkan pada David untuk di nikahkan kepada sang penerima pewaris.
Yoan malah menatapku dan meletakkan Raja yang sudah terlelap dalam pangkuannya. Ia lalu membenarkan pakaian dalamnya dan mengancing baju kemejanya kembali. Tentu sebagai laki -laki, naluri kejantanan aku kembali naik lagi.
"Jangan menatapku begitu," ucap Yoan pelan.
"Kau tahu. Lelaki itu di bagian bawah selalu memberontak di saat genting begini," ucap ku menahan nafsu.
Yoan melotot. Kedua bola matanya yang hitam dan indah itu pun membola dengan sempurna.
"Apa maksudmu? Habiskan sarapannya. Kita berangkat kerja. Kak Siska sebentar lagi datang dan menjaga Raja dan Ratu," ucap Yoan pelan. Ia langsung menumpuk piring kotor dan membawanya ke belakang. Lalu kembali lagi untuk membawa bakul yang masih berisi nasi goreng.
Beberapa menit kemudian, Siska, istri Ben sudah datang untuk menjaga kedua buah hati Yoan.
"Sudah siap semua?" tanya Siska.
"Sudah. ASI masih banyak stok di kulkas tinggal di panaskan. Kalau hujan tidak perlu Kak Siska bawa kesana. Cukup di rumah saja," titah Yoan pelan. Yoan sudah bersiap dan memakai cadarnya sebagai penutup identitas pribadinya dan mengambil tas slempang yang biasa ia bawa kemana pun pergi.
"Ini. Masukkan ke dalam dompet kamu. Aku gak mau kamu dan anak -anakku kekurangan," ucap ku pelan menitah dan memberikan karti ATM berwarna hitam itu.
Yoan menerimanya. Menghargai apa yang di berikan David padanya lalu menyelipkan kartu itu di natara kartu -kartu lain di dalam selipan dompetnya.
Keduanya keluar dari rumah kontrakan kecil itu. David mengeluarkan motornya dan mulai memanaskan mesinnya.
"Yoan naik angkot saja," ucap Yoan pelan.
"Gak. Ikut denganku. Apa kau malu? Berboncengan dengan ku? Motorku sangat jelek?" tanyaku kesal.
Bisa -bisanya berpikir untuk jalan sendiri -sendiri. Padahal jelas mereka memiliki hubungan yang sangat dekat walaupun belum SAH.
"Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin banyak orang mengetahui hal ini dan bergosip sesuka hati tanpa tahu keadaan sebenarnya atau mungkin ...." ucapan Yoan terhenti sampai akhirnya aku memasangkan helm di kepala Yoan. Aku takningin mendengar alasan apapun. Jika orang ingin bergosip, biarkan mereka bergosip sesuai halunisasi mereka sendiri.
"Sudah. Ayo naik. Nanti telat masuk kerja. Atau kamu sudah tidak ingin bekerja lagi di sana?" tanya ku pelan lepada Yoan yang tampak ragu.
Yoan pasrah ia pun naik di bagian jok belakang dan memboncen David. Tangannya memegang kedua pahanya sendiri. Walaupun semalaman di kerjai dan sudah putus urat malunya tetap saja kalau di depan orang banyak mereka masih malu. Terlebih Yoan yang seolah menutup diri dan tidak mau terlihat populer.
"Kalau di kantor. Jangan terlalu menspesialkan aku, Mas. Gak enak dengan yang lain," ucap Yoan lirih sambil.mendekatkan tubuhnya ke tubuhku hingga dadanya membusung dan mengenai punggungku. Jiwa naluri kelakianku muai berontak dari bawah. Entah kenapa sentuhan Yoan itu membuatku selalu kesetrum dan bergetar hebat di dalam tubuh hingga membuat darahku seolah mendidih dan mengalir deras ke ubun - ubun memberikan respon yang positif untuk segera menyelesaikan teka teki tentang nafsu pria.
"Itu kewajibanku. Mau di mana kamu berada? Aku gak mau tinggal diam. Aku tetap tanggung jawab padamu. Dan kamu gak perlu merasa gak enak," titah ku tegas.
Dari kaca spion terlihat Yoan seperti pasrah dengan keadaannya. Ia tak tahu lagi harus bicara apa. David adalah lelaki yang keras kepala dan begitu tegas.
"Tapi Mas ... Di sana aku masih baru. Takutnya orang akan berpikir jelek tentang aku," ucap ku pelan.
"Terus? Letak salah Mas dimana? Kalau Mas begitu menjaga kamu?" tanya ku tegas.
"Gak ada sih. Tapi aku kan orang biasa. Tentu fans Mas David begitu banyak di kantor. Ku dengar Bu Mita juga salah satu perempuannya Mas David?" ucap Yoan sekenanya.
Ia mendengar cerita dari Bayu. Kemarin setelah Bayu melihat kedekatan David dan Yoan membuat Bayu menasehati Yoan agar tidak termakan rayuan gombal playboynya Pak David.
Mungkin dulu, sifat David begitu. Tapi sekarang David benar -benar berubah. Hatinya seperti mati dan tak bisa berpindah ke lain hati dari Yoan. Apalagi ia telah berhasil memiliki keturunan kembar dengan wajah yang mirip dengannya.
"Cukup. Hentikan semua overthinking kamu. Sekarang tugas kamu hanya di panyry dan tidak lebih. Khusus masak untukku bukan untuk yang lain," titah ku dengan tegas.
"Apa? Yoan harus masak? Buat Mas? Gak ah. Itu kantor bukan gwdung pribadi. Yoqn harus profesional dengan pekerjaan Yoan," jawab Yoan kesal.
Yoan merasa aneh nantinya. Kalau hanya mengurusi salah satu bos di Perusahaan Sultan Baskoro. Tentu akan banyak orang mempertanyakan kedekatannya.
Setengah jam kemudian keduanya sudah sampai di gedung kantor yang sebentar lagi akan berpindah tangan kepada David.
David memarkirkan motornya di parkiran motor dan mengunci motor itu dengan kunci stang.
Yoan melepaskan helm dan merapikan bajunya.
"Yoan duluan masuk ya, Mas," ucap Yoan betpamitan. David sengaja memarkirkan motornya di ujung gedung itu yang masih sepi dan tak ada orang satu pun di sana.
Yoan hendak pergi dari sana. Tanganya dibtarik oleh David dan David memeluk Yoan dengan sangat erat.
"Pamitan gaya apa tadi? Tak ada salim, tak ada pelukan dan tak ada ciuman kening, pipi atau bibir. Kau pikir kau akan ku lepaskan begitu saja. Aku tak bisa berhenti mikirin kamu dan tubuh ini," ucap ku lirih lalu membuka cadar Yoan dan mencium bibir itu dengan lembut.
Satu menit ... dua menit dan ciuman itu berlangsung lama sudah lima menit berlalu dan Yoan segera mendorong tubuh kekar David untuk mundur dan melepaskan dirinya dari pelukan erat David. Rasanya ia kekurangan oksigen dan butuh sesuatu yang bisa membuat degub jantungnya sedikit lebih tenang dari ini.