20

1053 Kata
"Sudah Mas. Malu kalau di lihat orang. Ini kantormu. Apa kata orang kamu dekat dengan aku?" ucap Yoan yang mulai tak percaya diri. "Kamu calon istriku yang SAH, Ibu dari kedua buah hatiku yang kembar. Apa peduli orang. AKu yang menginginkanmu dulu. Aku yang tergila -gila dengan kamu. Kamu itu sulit, seperti cacing, karena licin tak tersentuh. Kalau dulu aku gak paksa kamu, sampai sekarang aku akan penasran padamu," ucap David pelan. Yoan hanya terseyum kecut. Ia membenarkan kembali cadarnya dan bersiap bekerja di pantry. "Aku naik duluan ya?" ucap Yoan berpamintan. "Ehh ... Tunggu sebentar," ucap David lembut. Ia mengambil taskerjanya di centelan motor lalu menggandeng Yoan menuju gedung kantor bersama. "Ikuti aku. Gak usah berdebat. Ini salah satu cara, agar semua orang di kantor tahu, kamu milikku. Apapun keadaanmu, memang kau adalah milikku," ucap ku dengan tegas. Benar saja, semua mata memandang ke arah keduanya. Tangan Yoan yang di gandeng mesra oleh David pun langsung menjadi bahan gosip satu kantor. Semua perempuan tentu mau ada di posisi Yoan. Menjadi yang di prioritaskan oleh Sang Ahli Waris Tunggal dari Baskoro Group. "Pagi Pak David," sapa semua orang yang berpapasan dengan David yang mau masuk ke dalam lift. Mereka semua salah fokus pada tangan David yang menggenggam tangan Yoan. Dari seragam yang di gunakan Yoan, smeua orang juga tahu, siapa Yoan? Siapa gadis yang saat ini sedang di gandeng oleh Sang Ahli Waris. Beberapa orang ada di dalam lift. Yoan dan David ada di barisan paling belakang. Semua orang diam seribu bahasa dan tidak ada yang berani bicara di depan Sang Ahli Waris itu. Yoan sendiri hanya menunduk an merasa salah tingkah sendiri. Sedangkan David menatap Yoan dan sesekali mengusap pelan punggung tangan wanita kesayangannya itu. Ting ... Bunyi tanda pintu lift sudah berada di lanti yang di tuju. Beberapa orang menunggu Sang Bos keluar namun tak ada satu orang pun yang keluar. "Kalian tidak keluar? Aku harus ke pantry," ucap ku tegas. Beberapa karyawannya menunduk hormat lalu keluar dari lift itu satu per satu. Kini, tinggalah mereka berdua saja di dalam lift itu. "Lepas Mas. Gak enak kalau di lihat seperti tadi. Aku gak mau, Mas jadi bahan gosip di kantor ini. Mas itu Bos, buakn karyawan biasa. Aku belum siap Mas. Jangan seperti ini," ucap Yoan pelan. "Gak. Aku malah ingin menunjukkan semua orang. Kamu adalah tujuanku, kamu adalah pilihnaku, dan kamu yang akan menjadi pasangan aku di hari ulang tahunku. Tolong percaya padaku, Yoan. Aku tidak mau mengulang kata -kata ini setiap waktu. Kita sudah sama -sama dewasa. Apa yang kita lakukan pun sudah jelas kan. Kita juga sudah punya anak juga, dua anak sekaligus yang sangat lucu dan menggemaskan," ucapku tegas. Ting ... Suara tanda pintu lift akan terbuka di lantai tempat pantry berada. Yoan pun melepaskan tangannya dan beranjak melangkahkan kakinya keluar lift. "Selamat bekerja, Sayang. Jangan lupa kopi hitam untukku, sebagai penyemangat bekerjaku mencari nafkah untuk si kembar," ucapku menasehati. Yoan menoleh ke arah David dan tersenyum lalu menunjukkan jari tangannya hingga membentuk tanda love. Kedunaya teerkikik lucu. "Kau menggodaku?" tanya ku pelan. "Gak. Selamat bekerja, Sayang," jawab Yoan yang langsung berlari ke arah pantry. Dan itu membuat David semakin tertawa keras di dalam lift. Yoan tetaplah Tiwi yang ia kenal dulu. Wajahny abegitu cantik tapi begitu ketus dan cuek terhadap rang lain. Itu yang membuat aku semakin jatuh cinta pada Yoan hingga kejadian malam itu mengubah semuanya dan aku kini menjdi lelaki yang paling berbahagia. Yoan pun masuk ke dalam pantry. Di sana sudah ada Bayu. Bayu adalah seniornya. "Dari mana saja kamu? Anak baru sudah berani telat!" ucap Bayu ketus dan nyinyir. Ia melihat sendiri tangan Yoan yang di genggam erat dan mesra oleh Bos Besar Baskoro Group. Yoan menutup pintu pantry itu pelan, lalu masuk ke dalam ruang OB. Memasukkan tasnya ke dalam loker. Bayu mengikutinya dan menutup rapat pintu ruangan sempit itu. Langkah Bayu pelan dan berjalan mendekati Yoan. Tangannya mulai menggapai bahu Yoan. "Eh ... Mau ngapain kamu?" teriak Yoan dengan suara keras. Suara itu hanya memggema di ruangan sempit itu dan tak terdengar sampai di luar. Kepala Bayu langsung mendekat ke arah Yoan. Bahu Yoan di cengkeram dan putar paksa tubuh mungil itu menghadap ke arahnya. "Kau kira aku mau apa, jika sudah begini?" Kamu memang orang baru di sini, tapi aku menyukai kamu. Pesonamu begitu kuat, dan aku cemburu melihatmu di gandeng mesra seperti tadi dengan Pak David. Aku putuskan sebelum kamu di apa -apakan oleh buaya darat itu, lebih baik aku yang memulai terlebih dahulu," ucap Bayu lantang. Yoan menatap Bayu dengan geram. Ia tak suka dengan ucapan Bayu barusan yang menjelek -jelekkan David, ayah dari kedua buah hatinya itu. Kedua bola matanya tajam menatap Bayu. Sedikit pun Yoan tidak takut dan tidak gentar melihat David. "Kau gila? Berani sekali kau ucapkan kata -kata yang memuakkan itu. Kau pikir? AKu w************n yang mau dengan siapa pun?!! Hah?" teriak Yoan tepat di depan wajah Bayu yang hendak menerkamnya. Bayu sudah bersiap membuka cadar dan kerudung yang di pakai Yoan untuk menutupi jati dirinya. "Aku tak pernah bilang kau w************n. Kau saja yang beranggapan kalau dirimu memang seperti itu. Kau hanya bilang, kalau kamu punya pesona yang luar biasa kuat hingga aku takluk dengan perasaaanku sendiri untuk egois memiliki kamu. Bukan untuk orang lain tapi untuk diriku sendiri," teriak Bayu lantang. "Gila!! Kamu sudah gila, Bayu!! Psikopat kamu," jawab Yoan keras. Kedua tangan Yoan sudah di pegang erat oleh Bayu. Pagi ini memang sangat sepi sekali. Tidak akan ada yang mendengar teriakan Yoan dari dalam ruangan itu. Semua karyawan sedang sibuk bekerja. Paling telepon yang ada di pantry yang sibuk berdering dengan pesanan minuman hangat untuk menemani para karyawan bekerja dan berkutat pada komputer dan laptopnya. "Lepaskan aku, Bayu!!" teriak Yoan dengan suara keras. Sebisa mungkin Yoan berontak dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Bayu yang siap menerkam tubuhnya. Bayu tidak tahu, gadis di depannya ini adalah wanita kesayanagan Bos Besarnya. Ibu dari kedua buah hati sang ahli waris yang nantinya juga akan mewarisi semua harta kekayaan Baskoro Group. "Diam!! Tapi ... Teriak saja sekeras mungkin, aku tidak peduli. karena ruangan ini ada peredam suaranya. Jadi kamu tidak akan bisa meminta tolong," ucap Bayu sambil merapatkan tubuhnya pada tubuh Yoan yang sudah merapat di dinding. Deru napas Yoan pun menderu seolah kelelahan saat berontak yang menjadi sia -sia saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN