11

1015 Kata
Acara makan malam itu sedikit gagal karena Ineke, gadis sombong tanpa punya etika yang baik. Malam ini David menginap di rumah besar milik kelurga besranya. Nenek Ana meminta David untuk menemaninya di kamar. Nenek Ana begitu sayang pada David, ia cucu laki -laki satu -satunya di keluarga Baskoro. Keduanya sudah berada dalam kamar Nenek Ana. Nenek Ana sudah merebahkan tubuhnya di kasur. Kesehatannya sudah mulai membaik tapi perlu pengobatan rutin dan minum obat yang tak boleh di lewatkan. "Gimana menurut kamu tentang Ineke, Vid? Kamu cocok?" tanya Nenek Ana pelan kepada David. David masih berdiri di dekat meja rias dan sedang menyiapkan racikan obat untuk Nenek Ana. David membawa satu gelas air dan obat di dalam wadah kecil. "Minum obat dulu, Nek," titah David pelan. Nenek Ana di bantu di bangunkan dan duduk bersandar pada sandaran ranjang. Lalu meminum obat yang di berikan oleh David. David kini duduk di samping Nenek Ana dan memegang tangan keriput milik Nenek Ana. Punggung tangan itu di kecup pelan dengan rasa hormat. "Nek ... Nenek sebenarnya mau buyut? Atau pengen apa dari David? Jujur, David gak suka sama Ineke. Sikapnya gak mencerminkan wanita berpendidikan," ucap David pelan. Nenek Ana tertawa pelan. Dadanya terlihat naik turun menahan rasa lucunya. Kedua mata sayunya lekat menatap David. "Nenek memang ingin buyut. Apalagi buyut kembar sepasang. Karena keturunan leluarga Baskoro tidak ada yang memiliki anak kembar," ucap Nenek Ana. Deg ... Dada David pun rasanya bergemuruh kencang sekali. "Kembar sepasang, Nek?" tanya David pelan. Nenek Ana terlihat meengangguk kecil dan sagat antusias. "Kau bisa memberiku?" tanya nenek Ana setengah berbisik. Deg ... David menarik napas dalam. David merasa makin bersalah pada Tiwi. Ia harus mencari Tiwi dan bayinya yang mungkin sudah lahir. Kedua mat David terlihat menatap suatu obyek namun terlihat kosong. "Kau melamu,n, cucuku?" tanya Nenek Ana pelan. David menggelengkan kepalanya pelan. Senyumannya terlihat sangat tipis dan nampak malu. David hanya menjawab pelan, " Tidak Nek." "Nenek istirahat ya?" titah David menambahkan. "Kau punya calon istri sendiri?" tanya Nenek Ana kemudian. Nenek Ana merasa David sedang memikirkan sesuatu hal yang berat. "Kalau ada? Apakah Nenek mau menerimanya? Dia hanya orang biasa?" tanya David pelan menatap lekat kedua mata Nenek Ana. "Cantik? Sampai kau menginginkan gadis biasa itu?" tanya Nenek Ana pelan. "Cantik," jawab David pelan. Dalam ingatannya hanya ada Tiwi, gadis cantik yang pernah ia tiduri hingga gadis itu mengandung anaknya. "Pintar?" tanya Nenek Ana pelan menecari jawaban pada kedua mata Sang Cucu. "Cerdas," jawab David mantap. "Kerja dimana?" tanya Nenek Ana kemudian. Pertanyaan ini bagai tamparan keras David. Tiwi yang ia kenal hanyalah seorang DJ. Profesi DJ tentu membuat seseorang yang tak mengenalnya, berasumsi sebagai wanita tidak baik karena bekerja di sbuah klub malam, dan identik dengan pakaian seksi, seks bebas, narkoba dan wanita malam. Mungkin saja kalau David berterus terang pada Nenek Ana tentang Tiwi. Tentu, Nenek Ana akan murka. "Ekhemmm ... Hanya OB," jawab David se -kenanya. Kali ini, pikirannya sedang tertuju pada Yoan, perempuan bercadar yang memiliki sepasang anak kembar. Kedua mata Nenek Ana menatap tak percaya kepada David. Seolah David, Sang Cucu sedang ingin menhajak Nenek Ana bercanda dengan memberikan Calon Cucu Mantu seorang wanita dengan profesi OB. "Pilihanmu buruk sekali? Kau ini keturunan keluarga terpandang. Siapa di kota besar ini tak kenal keluarga besar BASKORO yang memiliki banyak perusahaan dalam satu group dengan nama BASKORO COORPORATION?" ucap Nenek Ana mengingatkan. Bagi Nenek Ana, bobot, bibit, dan bebet itu sangatlah penting. Karena keturunan yang baik, akan membentuk sikap dan karakter yang baik pula. Kalau keturunannya cantik, maka keturunan buyutnya pun akan cantik dan ganteng. Kalau keturunannya pintar maka akan memiliki anak -anak yang cerdas dan pandai. "Ineke? Secara keturunan baik? Tapi? Attitudenya sama sekali tidak mencerminkan value dirinya," tegas David muali berani mengungkapkan keinginannya. "Oke. Bawa calonmu datang kesini. Nenk ingin mengenalnya," ucap Nenek Ana pelan. Nenek Ana juga harus realistis bukan. "Dia sudah memiliki anak," ucap David lirih. Tangan Nenek Ana di letakkan di dahi David. Seolah david ingin meminta maaf pada Nenek Ana. Nenek Ana melotot dan tatapannya begitu tajam ke arah David. "Punya anak? Janda?" tanya Nenek Ana yang kaget dengan ucapan David. Dadanya terasa nyeri sekali. "Nek ... David ingin cerita dengan Nenek. Tapi, David tak sanggup bercerita di depan Papa dan Mama, karena kalau Nenek setuju tentu Papa dan Mama pasti menurut," ucap David lirih. Kini, David meletakkan kepalanya di atas paha Sang Nenek dengan tangan Nenek Ana yang masih di genggam erat. "Ceritalah kalau semuanya membuat kecemasanmu hilang, David," ujar Nenek Ana lembut. Satu tangan lainnya mengusap pelan kepala David dengan penuh kasih sayang. Ketulusan dari seorang Nenek terhada Cucunya. "Nenek tahu dari mana kalau David cemas," tanya David pelan dengan kepala masih di letakkan di paha Sang Nenek. Tatapannya ke arah dinding sangat kosong. Hatinya hanya ingin meluapkan semua rasa bersalah yang pernah ia perbuat terhadap Tiwi. Gadis itu berhasil membuat pikirannya kacau. David tak bisa melupakan senyum manis Tiwi, tubuh mulus Tiwi yang meronta saat ia nikmati berkali -kali. "Nenek selalu bersama kamu, Davi. Sejak kecil, kamu adalah laki -laki pemberani. Laki -laki yang selalu berani menegungkapkan kesalahan walaupun kamu harus menerima resikonya. Kau ingat, waktu kau ambil jam tangan kesayangan Kakekmu, lalu kau jual di toko dan untuk bersenang- senang mentraktir semua temas se -kelasmu? Setelah itu kau di hukum di kunci di gudang seharian tanpa di beri makanan. Tapi? Kau diam, kau akui kesalaan kamu, dan kau terima konsekuensinya," ucap Nenek Ana pelan mencontohkan kejadian yang sudah berpuluh -puluh tahun lalu lamanya. David hanya menearik napas dalam. David memang merasa sebagai pria pemberani, tapi buka berarti ingin menang sendiri. Tapi lebih tak mau di ganggu. "Setahun yang lalu, David bertemu gadis bernama Tiwi, ia seorang DJ di sebuah klub malam. David ...." ucapan David terhenti. Kedua matanya terpejam dan ia jelas mengingat kembali kejadian malam itu. Malam yang penuh drama dan seolah melupakan semua beban dan penat David pada hari itu dengan mengekploitasi tubuh Tiwi. "Kau menidurinya? Bukankah kau sudah sering meniduri gadis malam di klub setelah kau mabuk -mabukan?" ucap nenek Ana yang tahu persis kelakuan David sebagai laki -laki nakal. "Nek ...." panggil David lirih.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN