Nenek Ana menatap lekat ke arah David.
"Apa? Tiba -tiba kau menyukai gadis klub yang tak jelas asal usulnya? Begitu?" tanya Nenek Ana ketus.
Nenek Ana memang tidak suka dengan David yang dulu. David yang sering bermain wanita, nongkrong di klub malam. Setiap hari mabuk -mabukkan bahkan foya -foya setiap malam. Tapi, David yang sekarang sudah berubah, ia sudah hidup lebih baik.
"Gadis itu hamil anak David,"ucap David lirih. Pandangannya terus ke arah depan menatap kaca jendela kamar yang David buka sedikit untuk melihat pemandangan di luar.
"Apa? Hamil anak kamu? Gadis klub malam, kebanyakan gadis tidak benar. Apa yang membuat kamu yakin, itu anak kamu? Bahkan mereka juga di tiduri oleh pria lain, bukan kamu saja, Vid," ucap Nenek Ana marah.
David terdiam. Harus seperti apa menjelaskan tentang Tiwi dan anaknya nanti setelah David berhasil menemukannya.
"Tiwi berbeda dengan gadis klub lainnya. Saat itu, David seperti memperkosanya, karena David menginginkan tubuhnya secara sadar dan bukan dalam kondisi mabuk. Tiwi gadis yang masih perawan," ucap David lirih menjelaskan.
Deg ...
Dada David bergemuruh. Kesalahan di masa lampau membuat penyesalan teramat dalam saat ini. Ya, saat itu, David seperti kalap dan bernafsu melampiaskan syahwatnya kepada Tiwi. Secara kasar, ia seperti memperkosa gadis itu hingga Tiwi pergi dan tak pernah kembali.
"Lalu, letak kau harus tanggung jawabnya dimana? Sedangkan gadis itu saja tak menuntut kamu," ucap Nenek Ana tegas.
"Ia di pecat dari klub dan tak bisa mencari nafkah lagi sejak ia tahu, dirinya hamil. Kalau memang David di suruh mencari pasangan hidup. David ingin mencari Tiwi, David ingin meminta maaf dan menyesali perbuatan David kepada Tiwi, dan mengakui anak yang di lahirkan sebagai anak David," ucap David menjelaskan denagn suara lantang.
"Kau yakin sekali? Kalau anak itu adalah anak kamu? Bisa saja Tiwi itu hanya ingin memeras kamu? Dia tahu kamu orang kaya?" tanya Nenek Ana pelan.
David menggelengkan kepalanya pelan.
"David sudah menyamar menjadi orang biasa. David meninggalkan semua fasilitas kemeahan David. David hanya ingin menjadi lelaki biasa yang bisa di cintai secara tulus oleh seoarng wanita yang juga mencintai David apa adanya. Soal anak? David yakin sekali, tapi untuk lebih meyakinkan, kita bisa tes DNA. Betul kan, Nek?" tanya David pelan.
David berjalan ke arah tempat tidur Nenek Ana dan duduk kembali di tepi tempat tidur.
"Nenek pasti merestui pilihan David, kan? Gadis itu baik, ramah, lembut dan sangat cantik. Dia berbeda dengan gadis klub malam lainnya. Saat itu ia tidak merespon David. Itu yang membuat David penasaran dnegan Tiwi," ucap David menjelaskan.
Nenek Ana menatap David, Sang Cucu. Tatapannya begitu lekat melihat kejujuran David.
"Baiklah. Nenek akan merestui denagn satu syarat," ucap Nenek Ana lantang.
"Syarat? Apa itu?" tanya David pelan.
"Gadis itu harus bisa mengambil hati Nenek, merawat Nenek selain anak itu sudah di tes DNA dan memang menunjukkan di adarah daging kamu," ucap Nenek Ana tegas.
Ucapan Nenek Ana tidak pernah main -main. Apa yang sudah di ucapkan selalu benar dan dapat di pertanggung jawabkan. Bukan sekedar janji palsu saja.
"Nenek serius kan? Gak lgi bercanda?" tanya David dengan senyum sumringah. Ia tahu, Nenek Ana adalah wanita paling baik dan begitu sayang padanya. Selagi permintaannya benar dan sesuai dengan apa yang David ucapkan. Nenek Ana tentu tidak keberatan.
"Iya David. Nenek serius. Nenek jadi penasaran. Siapa Tiwi itu? Beruntung sekali di sukai oleh cucu Nenek. Padahal cucu Nenek ini buaya darat," ucap Nenek Ana tertawa dengan keras.
"Dih ... Nenek kok gitu? Bilang David buaya darat? Sejak dengan Tiwi, David berubah Nek. David merasakan sakit, kecewa, menyesal telah melakukan itu pada Tiwi. Merenggut keprawanannya dan ternyata dia hamil dan di pecat. David mikirin anak David, apakah Tiwi berkecukupan dan bisa memberikan yang terbaik untuk anak David," ucap David pelan mencurahkan isi hatinya.
Nenek Ana tersenyum Ini adalah salah satu sikap yang di sukai Nenek Ana terhadap David, cucunya. David adalah lelaki baik yang bertanggung jawab.
"Cari gadis itu. Nenek mau kenal denagn dia. Ekhemm ... Kamu tahu beberapa hari yang lalu, Nenek hampir saja celaka. Dan ada seoarang gadis cantik, ia menutup wajahnya dengan cadar. Tapi, Nenek yakin, gadis itu sangat cantik sekali," ucap Nenek Ana sambil mengingat kejadian itu. Ia begitu tak percaya masih ada orang baik yang mau menolong di saa nyawanya juga bisa saja melayang di waktu yang sama.
"Nenek kenapa? Tapi, Nenek tidak apa -apa, kan?" tanya David dengan suara cemas.
"Nenek tidak apa -apa. Semua baik -baik saja kan? Nenek juga masih sehat," ucap Nenek Ana tertawa.
"Hemm ... Nenek harus hati -hati," ucap David pelan menasehati.
"Makanya, Nenek mau cari cucu mantu yang bisa mengurus Nenek, tak hanya baik dan cantik saja," ucap Nenek Ana pelan.
"Terus? Gadis itu? Orang mana?" tanya David pelan.
"Nah itu. Baru saja, Nenek mengucapkan terima kasih dan Nene akan mengajak gadis itu mengobrol, tapi dia buru -buru harus pergi karena ada urusan penting," ucap Nenek Ana pelan.
"Oh begitu. Ya sudah, yang penting Nenek Ana sudah mengucapkan terima kasih. Sekarang Nenek istirahat ya," ucap Davi pelan. Ia membenarkan selimut dan menutup tubuh Nenek Ana.
"Vid ... Jangan lupa, vitamin Nenek hbais," ucap Nenek Ana manja. Hanya David yang peduli padanya, di saat semua orang yang ada di rumah hanya sibuk mengurus dirinya sendiri.
"Oke. Besok David belikan sesuai degan resep yang biasa di beli di apotik biasa," ucap David menjelaskan.
David pun mematikan lampu kamar tidr Nenek Ana dan segera keluar dari kamar itu. Ia berpikir sebentar lagi, usianya benar -benar akan menginjak angka tiga puluh lima tahun.
"Aku harus segera mencari Tiwi dan anakku. Aku harus membuat Ben membuka mulutnya dan memberi tahu di mana Tiwi berada," ucap David pelan.
David berjalan keluar dari rumah mewah itu. Ia harus kembali ke kosnya. Tempat yang sudah membuatnya nyaman selama ini.
"David!!" suara Papah Wijaya begitu lantang memanggil namanya.
David pun menoleh ke arah belakang. Papah Wijaya sudah berdiri tegak menatap David tajam.
"Ya Pah." jawab David pelan.
"Papah sudah punya calon istri untukmu. Kapan kau ada waktu untuk berkenalan dengan gadis itu?" tanya Papah Wijaya.
David hanya menunduk dan terdiam. Ia paling tidak suka di jodoh -jodohkan.
"David sudah punya pilihan, Pah," jawab David pelan berusaha menolak.
"Papah ingin kamu menikah dengan Putri. Putri adalah teman kecilmu," ucap Papah Wijaya terus memaksa.
"Baiklah. Atur saja sesuai keinginan Papah,. Kalau Nenek tidak setuju maka semua batal," tegas David kepada Papahnya.