13

1019 Kata
David keluar dari rumah langsung pergi dengan motor bututnya. Ia kembali lagi ke rumah kontrakannya yang kecil. Pikirannya selalu teringat tangisan dan tawa Raja dan Ratu. "Kenapa aku selalu mengingat bayi itu," ucap David lirih di balik helm full facenya. Perjalanan di malam gelap itu terasa sangat sepi dan sunyi. Angin malam yang begitu dingin membuat raga itu semakin merinding kedinginan. Sesampai di kamar kontrakannya David, tepat di depan pintu kamarnya ada bungkusan plastik yang menggantung di sana. "Mas David, itu oleh -oleh dari luar kota. Di makan ya?" ucap Mila tetangga kontrakan David. "Ohh ... Dari kamu, Mil? Oke nanti pasti aku makan," ucap David dengan senyum manis mengarah pada Mila. David pun masuk ke dalam kontrakan itu dan meletakkan bungkusan itu di meja. Malam ini ia sama sekali belum makan lapar. Rasanya memang lapar, tapi malas sekali beli makanan atau memesan makanan lewat online. "Argh ... Aku ini kenapa? Tidak biasanya aku seperti ini?" teriak David mengusap wajahnya dengan sangat kasar. David mencoba untuk memejamkan kedua matanya. Tapi suara rengekan tangisan Raja begitu jelas di telinganya. Kamar kontrakannya sudah gelap. Semua lampu David matikan untuk menambah suasana semakin sunyi agar bisa tertidur dengan lelap. David terus mencoba merem dan tak mengindahkan suara -suara aneh di telinganya hingga ia benar -benar tertidur lelap. Pagi -pagi sekali, David sudah siap untuk berangkat ke kantor. Tidak lupa ia membeli sarapan pagi nasi uduk lengkap di Bu Ndut dekat kontrakannya. Kali ini, David membeli nasi uduk dengan di bungkus dengan alasan akan makan di kantor karena ada kerjaan yang harus di selesaikan pagi ini. Langkah David begitu tegas menujuruangan kerjanya. Ia meletakkan tas kerjanya dan membawa ungkusan nasi uduk menuju pantry di lantai paling atas. Saat membuka pintu pantry betapa terkejut david melihat Yoan yang sedang merapikan pakaian dan dandanannya yang tapa menggunakan hijab. "Tiwi ...." ucap David lolos begitu saja saat melihat Yoan tepat di depannya. Bungkusan nasi uduk itu pun terlepas dari tangan David. Yoan menoleh ke arah David dan menatap tajam ke arah lelaki itu lalu buru -buru memakai hijab dan cadarnya. Seingat Yoan, pintu pantry itu sudah ia putar anak kuncinya kenapa tetap ada orang yang bisa masuk. Apakah kuncinya tidak berfungsi sama sekali? David langsung menutup rapat pintu pantry itu dan mengambil bungkusan yang terjatuh. David segera memeluk Yoan dari belakang. Memeluk erat dengan penuh kasih sayang dan ketulusan. "Aku mencari kamu dari dulu. Kenapa kamu menghilang selama satu tahun ini. Kenapa kamu meninggalkan aku? Kenpaa kamu tak bilang kalau kamu mengandung anakku?" ucap David tegas. Suara David masih sama. Suara yang tegas dan lantang. Suara yang dulu terasa mengintimidasi tapi tak di pungkiri oleh Yoan. Lelaki itu telah membuatnya jatuh cinta. "Anda salah orang, tuan. Nama saya Yoan, bukan Tiwi," ucap Yoan pelan. "Yoan Pratiwi. Itu namamu kan? Aku akan menikahimu secepatnya. Aku akan bertanggung jawab atas Raja dan ratu," ucap David tegas. Gadis yang ada di pelukannya kini hanya bisa menahan napas. Ia senang di perlakukan seperti ini. Tapi, ia sadar, ia mencari tahu tentang sosok David yang ternyata adalah lelaki kaya raya. "Maaf tuan. Yoan gak bisa," ucap Yoan pelan. David membalikkan tubuh Yoan dan kini mereka saling berhadapan. Perlahan ia membuka cadar Yoan. "Kenapa? kenapa harus bilang tidak bisa? Aku ayahnya, bukan? Ayah dari Raja dan Ratu?"tanya David keras menatap Yoan dengan lekat dan tajam. Yoan mengangguk pasrah. Memang itu fatnya. Ia mengandung anak David satu tahun lalu dan ternyata melahirkan anak kembar sepasang. Yoan memejamkan kedua matanya. Seperti ada yang ingin di ungkapkan tapi Yoan tak bisa. "Jangan cari aku lagi. Kalau masih begini. Aku akan pergi dari kantor ini," ancam Yoan dengan suara lembut tanpa mengintimidasi. Tangan Yoan di genggam erat oleh David. Yoan sama sekali tak merintih kesakitan. Kini ia sudah mulai terbiasa dengan kehidupan keras. "Apa katamu? Aku tak akan lagi melepas kamu, Yoan. Aku akan membawa kamu pada Nenek dan bicara padanya bahwa kamu adalah calon istriku,' ucap david tegas. Yoan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak. Dulu kamu lakukan itu juga hanay sebatas untuk senang -senang. Aku pikir, sekarang pun kamu hanya ingin bersenang -sennag dengan uang kamu. Siapa yang tidak kenal DAVID BASKORO? Pria yang akan menerima seluruh harta warisan di usianya yang ke tiga puluh lima tahun? Ini kan?" ucap Yoan kesal. "Kau meragukan aku, Yoan? Aku dulu memang b***t, aku memang b******k dan aku lelaki b***t. Tapi, aku ingin merubah semuanya. Aku hanya ingin kamu dan kedua anak kita. Tidak ada wanita sesempurna kamu, Yoan," ucap David mulai merayu. Kali ini rayuannya adalah sebuah kejujuran dan ketulusan bukan rayuan gombalan yang tak bisa di pertanggung jawabkan. "Lepaskan aku. Jika ada yang meliha bisa salah paham," ucap Yoan pelan. 'Gak akan. Kalau ada yang salah paham pun, aku dengan berani bicara apa adanya, kau istriku," ucap David dengan wajah serius. Sontak ucapa David membuat Yoan tertawa. Senyum manis itu begitu lepas dan tak di buat -buat. Senyum yang sellau membuat David selalu jatuh cinta. David mendekatkan wajahnya ke arah Yoan. Ia berusaha mencium bibir Yoan. "Tuan ... Tolong jangan lakukan. Ini di kantor. Lagi pula saya hanya karyawan biasa," ucap Yoan pelan dan beusaha melepasn diri dari genggaman David. "Cium aku dulu. Baru kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu," ucap David tegas. "Kau mengancamku? Aku bekerja untuk anak -anakku. Untuk membeli s**u, untuk membayar yang menjaganya di saat aku bekerja. Jangan but aku murka dnegan keadaan ini," ucap Yoan kesal. David pun dnegan sedikit kasar mendorong tubuh Yoan ke dinding dan mencium bibir Yoan dengan rakus. Ia tak mau ada lelaki lan yang mendekati Yoan. yoa hanya terdiam dan merasakan kuwalahan dengan sikap David yang tak pernah berubah. Selalu terlihat berapi -api dan bernafsu. "Aku hanya ingin kamu tahu. Selama ini aku frustasi memikirkan kamu, Yoan," ucap Daid pelan. Ia kembali mencium bibir Yoan. kali ini bibir itu semakin terasa lembut di hisap dan di mainkan oleh lidahnya. Sudah satu tahun lamanya David tak pernah lagi bermain wanita. Bahkan sekedar bersenang -senang pun tidak. Hatinya sudah benar -benar tertambat pada Yoan Pratiwi dan ingin menjalani hubungannya dengan lebih serius. "Aku mencintai kamu, Yoan. Mneikahlah dneganku. Kita awali semuanya dari awal," ucap David lirih dan mencium Yoan kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN