Pukul delapan Pagi hari ini Reya nampak begitu segar dengan pakaiannya yang bisa di bilang bawahan cukup pendek itu, dress warna pastel dengan tali spaghetti di sisi bahu kiri dan bagian kanan yang seperti bentuk kepangan besar itu. Bisa di bilang dressnya cukup longgar di bagian dadanya depan, yang pasti kalau REya menunduk akan langsung sedikit memperlihatkan sesuatu di dalam sana, belum lagi modelnya yan mengembung lebar tanpa potongan di pinggang nan berada pendek di setengah paha cukup atas. Makanya untuk menetralisasi Reya tetap memakai dalaman celana pendek hitam.
Begitulah Reya amat kece dengan pakaian style Korea kesukaannya. Bahkan banyak baju baju yang dia beli ini adalah hasil po jastip dari negeri ginseng tersebut.
Reya mungkin memang siap dengan pakaian, namun dia sendiri belum menyelesaikan di bagian wajah alias make up, oleh karena itu setelah habis mandi dia langsung menuju meja rias yang nampak kosong mlompong sebab alat make up Reya masih berada di dalam koper, Reya bahkan hanya membawa satu pouch kecil yang sudah lengkap berisi skincare dan make up secukupnya, sungguh Reya memang tidak seperti wanita kebanyakan yang sangat bar bar jika sudah berhubungan dengan make up. Mungkin mereka kalau pergi keluar tanpa uang bisa kali, asal tetap membawa make up kemana mana.
Reya memang bukan tipe yang anak make up banget, namun dia sangat suka fashion. Bahkan lihat itu Reya, dia tidak ada jaim jaimnya meski menunjukkan wajah asli no make up sama sekali di depan pria asing. Ya walaupun wajah Reya begitu cantik tanpa terpoles apapun sih. Tapi tetap saja jarang ada wanita yang bersikap seperti Reya, terlebih jika di dalam satu ruangan itu pria asingnya berwajah tampan.
Reya yang saat ini sudah duduk di kursi depan meja rias tersebut melirik pria di belakang sana, melalui cermin di depannya. Pria itu tengah bersandar di kepala ranjang seperti sebelum sebelumnya, namun yang menjadi sedikit perhatian Reya itu karena wajah Ronal yang sedikit pucat itu, tapi hanya sedikit. Reya bahkan bisa berfikir kalau pria itu mungkin tengah sakit.
Tapi tetap saja yang katanya pria itu hanya berada di kamar untuk beristirahat saat malam saja, namun lihat itu, Ronal malah masih berkutat di atas ranjang dengan hingga pukul 8 ini _meski dengan pakaian lengkap_. Padahal pria itu sudah bangun sedari pagi kalau Reya tidak salah, mungkin jam 5 tepat, namun karena Reya merasa masih sangat mengantuk kala tadi, jadi dia hanya mengintip sedikit pria itu lalu melanjutkan tidur lagi hingga pukul 7 pagi.
Apa mungkin Ronal menerapkan metode metode orang sukses yang sempat Reya tau selama ini ya, karena katanya banyak orang sukses yang melakukan metode 20 20 20 tersebut. Maksudnya mereka akan bangun jam 5 pagi, lalu melakukan aktifitas pagi, yakni 20 menit pertama melakukan kegiatan fisik seperti olah raga. 20 menit kedua melakukan meditasi bisa menulis jurnal atau refleksi diri dan beribadah, dan yang 20 terakhir yakni membaca buku atau mendengarkan podcast motivasi dan lain lain. Pokoknya begitulah Reya sendiri pernah membacanya di sebuah buku dengan judul The 5 Am Club karya Robin Sharma. Namun hingga sekarang wanita itu tidak bisa menerapkannya, dia terlalu mengantuk dan malas untuk melakukannya.
Kembali ke topik, pria itu Ronal dengan santai fokus pada alat alat tempurnya apalagi kalau bukan iPad dan laptop macam kemarin. Namun Reya juga tak menyangka jika pria itu benar benar tak melakukan hal lebih kapadanya, mungkin bisa di bilang Ronal seolah tak menganggap adanya kehadiran Reya di ruangan yang sama, asal Reya tak membuat keributan semua berjalan lancar.
Namun sebenarnya Reya juga ingin merasakan bebas dalam berlibur, dia ingin berenang juga di kolam renang itu, yakali bikini yang telah susah susah dia bawa malah tidak terpakai. Makanya Reya lumayan tertekan, dia yang mulanya hari kedua ini masih malas berjalan jalan, menjadi harus terpaksa keluar karena Ronal juga tidak pergi dari sana, Reya memang tidak berani untuk sekedar bertanya, dari pada malah balik tersemprot kan.
Ah sudahlah, jalan jalan juga bukan keputusan yang buruk.
Reya pun buru buru menyelesaikan sesi make upnya, memakai berbagai skincare dan semuanya agar kulitnya tetap terawat. Terlebih sunscreen Reya tidak ingin setelah liburan malah membuatnya harus menyesal karena sudah terpapar matahari secara langsung.
Okay ... Tidak terlalu lama akhirnya Reya sudah siap dan terlihat cantik dengan semua yang dia pakai, hari ini dia juga sengaja mengepang dua rambutnya _yang pasti ala ala eonnie Korea_.
Reya bangkit dari kursi dan berbalik hendak mengambil tas slempang, namun betapa terkejutnya Reya karena mendapati sosok Ronal yang juga bangkit dari atas ranjang dan tengah membenarkan letak pakaiannya.
Mata Reya sedikit membulat, dengan mulut yang komat kamit entak mengeluarkan apa, namun yang pasti Reya cukup kesal setelah dirinya siap akan segalanya pria itu malah terlihat seperti juga akan keluar, tau begitu kan Reya tidak perlu pergi sebab sejak awal dia memnag ingin bermalas malasan dahulu di sana.
Aishhh ...
Tapi ya mau bagaimana lagi, Reya tidak suka kalau usahanya mandi dan berdandan malah di batalkan begitu saja, makanya dia tetap memutuskan untuk pergi keluar, tidak perduli jika Ronal juga akan keluar.
Cih ...
Tanpa mengatakan apapun Reya keluar begitu saja hendak meninggalkan Ronal, namun di detik berikutnya Reya sudah merasakan kalau adanya seseorang yang juga keluar dari pintu kamar tadi, jelas itu Ronal.
Rasanya darah Reya sekarang seperti tengah mendidih, tau saja ya memang pria itu membuat Reya kesal macam ini. Aishh ...
Reya dan pria itu terus berjalan bersamaan, ei tidak, maksudnya sepertinya bersamaan karena Reya merasakan bahwa pria itu terus berada di belakangnya, sampai akhirnya mereka sampai lobi. Barulah Reya tak mendengarnya lagi, sepertinya Ronal melewati sisi lain yang tak sama seperti Reya. Reya memang tidak berminat untuk sekedar membalik badan melihat pria itu, heleh, yang ada Reya yang akan dianggap terlalu kepo dengan aktivitas pria itu, makanya dia tidak perduli.
Reya tadi sudah memesan taxi online, dan mungkin sekarang pesannya tersebut sudah mencapai depan area resort.
Dan benar saja ketika Reya tiba di sana, dia sudah bisa melihat sosok driver dan taxi yang terparkir di pinggir jalan. Reya pun menghampirinya. Dan tanpa di tanyakan pun driver itu sudah menebak kalau Reya adalah orang yang memesannya, oleh karena itu ketika Reya tiba langsung menanyakan nama Reya.
Setelah nya Reya langsung saja masuk ke dalam taxi dengan driver itu yang mengendarai dengan kecepatan sedang.
By the way, kali ini Reya ingin ke pantai yang memang memiliki banyak karang karang di tepi sisi pantainya, dan pantai itu juga berada tidak terlalu jauh dari resort. Belum lagi Reya juga ingin mengunjungi restoran yang berada di dekat sana, restaurant seafood yang menurut Reya ter enak yang pernah dia cicipi selama hidup 26 tahun ini. Makanya dia ke sana dan mungkin untuk makan agak siangan. Sebab pagi tadi dia sudah menyantap menu breakfast yang di sediakan resort, tidak banyak seperti biasanya yang bar bar sih, mungkin bisa di bilang normal cukup untuk mengganjal perut karet Reya.
Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, akhirnya Reya pun tiba di sana, setelah membayar driver taxi tersebut dia langsung turun.
Pertama yang Reya lakukan adalah menghirup udara segar di sana, lalu tersenyum cerah. Hm, benar bukan kalau jalan jalan memang bukan keputusan yang buruk, terbukti ternyata Reya cukup menikmatinya.
Yang pertama Reya lakukan sebelum mencapai pantai yaitu dia membeli topi di sana dahulu. Topi bulat lebar yang memang senada dengan outfit-nya saat ini.
Setelah mendapat apa yang dia inginkan, dia langsung menuju pantai, by the way Reya juga menggunakan sendal slip on yang tentu saja datar agar memudahkan dia berjalan di pasir pantai.
Namun baru juga Reya menginjakkan kaki di pantai, Reya malah di buat melongo terkejut melihat adanya seseorang yang dia kenal mulai berjalan ke arahnya.
Reya mencoba berfikir jernih, namun karena kepanikan lebih dulu menguasai dia malah hanya mematung di tempat. Reya ingin pergi namun merasa tidak ikhlas karena faktanya dia baru juga tiba malah malah belum mengambil gambar apapun di sana. Dia tidak mau effortnya pergi ke sana malah akan mubazir, mulai dari persiapan hingga perjalannya.
Aishh ...
Tapi sepertinya tidak juga, Reya merasa lebih baik usahanya ke mari sia sia dari pada bertemu dengan orang itu _yang sepertinya belum menyadari keberadaan Reya _yang memang memakai topi dan kaca mata hitam besar tersebut.
Dengan keputusan yang bulat, Reya pun akhirnya memilih membalik badannya itu dan mulai berjalan balik ke arah pintu keluar lagi, seraya mengeluarkan ponsel dari dalam tak slempangnya untuk mengambil ponsel. Reya akan mesan ojek online atau taxi online, pokoknya sesuatu yang akan membawanya pergi dari sana.
Tapi tiba tiba ...
"Reya!"
Deg ...
Reya malah di buat terkejut sampai membuatnya berhenti mendadak sejenak sebagai bentuk efek terkejutnya. Namun setelah beberapa saat setelah mendengar panggilan tersebut lagi, Reya langsung melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Reya,"
Reya benar benar tak menggubris, dia berpura pura tuli. Ya bagaimana ya, Reya merasa jika dia berhenti dan menanggapi orang itu, Reya yang malah akan repot sendiri, belum lagi jika ada sesuatu yang buruk malah akan terjadi nanti.
"Reya!" Panggilan itu tidak henti hentinya di keluarkan, yang mana memang menggunakan nada yang cukup keras, Reya sampai malu menyadari mata orang orang sekitar yang saat ini seperti tengah menatap ke arahnya.
Aishh ... Yang benar saja!
Reya begitu mempercepat langkahnya sesuai yang dia bisa, seraya terus merapalkan doa agar orang yang memanggil manggilnya itu yang sudah mirip seperti orang tidak waras menurut Reya itu berhenti mengejarnya.
"Reya!"
Deg ...
Suara itu begitu dekat!
Dan ...
Srett ...
Ternyata tuhan malah memilih berkehendak lain, dengan Reya yang tiba tiba di tarik lengannya oleh seseorang, berlanjut membuat Reya berhenti dan bahkan tubuhnya terseret ke belakang sampai menubruk bagian depan orang itu.
Reya terpaku sejenak, karena menyesuaikan keterkejutan yang terjadi juga jantungnya yang berdegup tak tentu akibat di buat jalan cepat yang lebih mirip larian itu.
"Reya," Ucapan orang itu yang kembali memanggilnya _namun pelan tidak berteriak teriak macam di hutan tadi_ membuat Reya langsung tersadar dan menyentak tangan yang masih setia menyekal lengannya itu seraya mengambil jarak mundur selangkah ke belakang.
Reya mengangkat wajah hingga pandangan Reya antar orang itu pun bertemu. Bisa Reya lihat kalau orang itu menunjukkan tatapan antara senang juga seperti tengah menahan sesuatu.
Reya yang mulanya sedikit panik, dalam hitungan detik mulai berusaha keras menetralkannya lagi seperti biasa.
Satu ...
Dua ...
Tiga ...
Okay!
"Oh hai," Reya menyapa dengan riang seolah sebelumnya tidak terjadi apa apa. "Lo kok di sini?" tanya Reya langsung berniat berbasa basi busuk di sana,
Bukannya menjawab pertanyaan Reya atau sekedar balik menyapa, orang itu yang memang merupakan kaum adam itu malah menanyakan sesuatu bali. "Kamu kok nggak berhenti? Aku udah panggil panggil kamu dari tadi."
Ucapan yan terlontar dengan nada lumayan sedih yang berusaha di tutup tutupi itu membuat Reya tercekat, bingung harus menjawab apa. Reya bahkan harus bergumam cukup lama untuk memikirkan jawaban, terlebih saat ini mata pria itu sama sekali tidak lepas dari wajah Reya.
Reya memutar otak mencari alasan, dan ketemu. "Ah, sebenarnya awalnya gue nggak denger,"
Bohong ...
Siapa yang akan percaya kalau Reya tidak mendengarnya, yang bahkan semua orang di sekitar saja melihat ke arah mereka tadi. Hanya orang bodoh yang mau mempercayainya.
Reya yang menggigit lidah dalamnya sendiri merutuki kebodohannya dalam menjawab itu langsung saja menambahkan keohongan lainnya, "Gue juga lagi buru buru soalnya, temen gue udah nunggu di sana. haha."
Cih ... Teman apanya!
Tapi Reya terpaksa harus membuat alasan agar dia bisa pergi dari sana.
"Kamu ngehindarin aku?" tembak pria itu to the point yang sama sekali tidak mencoba di tutup tutupi.
"Ardi!" Reya berucap dengan nada yang sedikit terkejut. Ya .., nama pria itu adalah Ardi, orang mengejar kejar Reya sampai mampus juga istri dari Yosandra. Tidak lupa bukan dengan wanita itu, yang sempat membuat darah tinggi ketika Reya bertemu terakhir kali di mini market.
Pria ini memang gila kalau menurut Reya, sudah memiliki istri tapi masih saja mengejar Reya. Berkali kali Reya memblokir kontaknya, tapi Ardi masih saja berusaha menghubunginya, walau bisa di bilang sudah cukup lama dan akhir akhir ini dia tidak mengubungi lagi sih. Yang bahkan hal itu sempat membuat Reya senang, karena berfikir kalau Ardi sudah menyerah. Namun melihatnya secara langsung kali ini membuat Reya sadar kalau Ardi tetaplah Ardi si b******n tengik kalau kata Reya. Dan satu yang pasti, Ardi melakukannya diam diam di belakang istrinya karena mengingat pria itu malah makin gencar mengejar setelah sudah menikah dengan Yosandra, memang sudah tidak layak di sebut laki laki pria itu mah.
Aishh ...
"Udah lama loh kita nggak ketemu, tapi kamu malah ngehindar."
Cukup ... Sepertinya Reya memang tidak perlu berbasa basi atau bersikap lemah macam ini, dari pada pria itu makin ngelunjak kan.
"Gue udah di tungguin temen Ar. Jadi sorry aja ya. Dan lagi udah gue bilang kalo bisa jangan pake aku kamu ke gue." pamit Reya seraya mengingatkan pria itu perlahan sesuai porsinya.
Namun jawaban pria itu apa. Dia malah menggelengkan kepalanya dua kali mantap, "Nggak bisa!" seraya berucap demikian. Memang benar benar ya.
Hng ...
Reya sungguh rasanya ingin meninju wajah tanpa dosa yang Ardi tunjukkan itu. Bagaimana bisa dia berucap seperti itu dengan santainya, tanpa memikirkan status. Tapi sebenernya hal seperti ini juga memang tidak sekali dua kali di lakukan Ardi, atau malah ribuan kali ya sejak kuliah.
Reya menghela nafas jengah, "Ar, udah ya gue ada urusan. Lagian pasti lo ke sini sama bini lo kan,"
Ardi terdiam tak berkutik.
Jadi jelas, jika apa yang Reya tebak itu benar adanya, kalau Ardi di sini bersama sang istri, Yosandra.
Reya pun melangkah sekali ke belakang, lalu hendak berucap pamit lagi berbasa basi, "Gue ___"
Namun pria itu malah menyelanya, dengan memanggil nama Reya. "Reya ..." Dia terhenti sejenak untuk melihat mata Reya dalam, seraya mengambil langkah ke depan mendekati Reya. "Aku kangen!"
Goblokkk ...
Dan ucapan lanjutan yang Ardi lontarkan berhasil membuat Reya tak tahan untuk tidak mengepalkan kedua tangannya tersebut erat erat.
Bisa bisanya pria yang sudah beristri mengungkapkan hal itu secara blak blakan pada wanita lain. Sungguh Reya sudah pastikan jika Yosandra mendengarnya, Reya yang akan di amuk habis habisan. Dan Reya tidak mau itu.
Tapi Reya juga kesal dengan Yosandra, yang selalu tutup mata dan menganggap Reya lah yang kegatelan, padahal kan jelas suaminya sendiri yang bertingkah macam babi. Aishh ...
"Ar, lo ada istri loh, jangan gitu napa!" Reya menahan diri dengan sekuat tenaga. Juga dia tahu kalau arah pembicaraannya sudah tidak sehat di sana, dan Reya yang malah akan terkena imbas buruk nantinya.
Ardi masih terus menatap mata Reya, tak membiarkan dirinya teralih sedikit pun. Setelah itu barulah dia berucap. "Aku bisa ceraiin dia nanti kalo kamu mau."
Reya mendelik lebar.
Walah walah, memang minta di tempeleng bolak balik b******n tengik ini.
Sudah cukup! Cukup!
"Jangan gila lo! Udah ah, bisa gawat kalau lo terus gitu dan ketahuan bini lo itu." balas Reya menggebu gebu yang tidak bisa di tahan.
Lalu dia berjalan mundur cepat, hendak membalik badannya.
Akan tetapi lagi lagi Ardi malah bertindak lancang, pria itu mencekal lengan Reya lagi menahannya untuk tidak pergi. "Reya tunggu,"
Dan sontak saja Reya menyentaknya kasar, membuat cekalan Ardi terlepas begitu saja.
"Cukup! Pacar gue udah nunggu di depan!"
Haha ... Pintar sekali Reya mencari alasan. Pacar apanya? Cih ...
Dekat dengan pria saja Reya tidak ada.
Namun sepertinya Ardi begitu terkejut mendengar nama pacar terlontar dari bibir Reya. Yang mana terlihat jelas di raut wajah Ardi kalau pria itu shock.
"Pa pacar?" Ardi pun bertanya dengan terbata.
Reya makin menguatkan kepalan tangannya.
Namun tiba tiba ada sebuah ide terlintas di otak cantiknya itu.
"Eh itu bini elo!" ucap Reya dengan wajah di buat shock juga, tak lupa mengangkat jari telunjuknya ke depan atau tepat ke belakang pria itu.
Dan benar saja, ternyata tipuan yang Reya buat berakhir berhasil, Ardi langsung membalik badan melihat ke arah tunjuk Reya.
Begitupun Reya, dia tak membuang buang ke sempatan. Yang mana dia langsung ngacir pergi dengan berlari jauh lebih kencang dari sebelumnya.
Sialan!
Di sisi lain, tanpa Reya sadar, sebenarnya kebohongannya tadi bukanlah sepenuhnya tipuan. Melainkan memang benar adanya, kalau ada sosok wanita yang berdiri jauh di depan sana sedari tadi mengamati interaksi Reya bersama Ardi tentu saja.