Chapter 53 - Balasan Pesan

2215 Kata
Malam itu Ronal masih saja sibuk dengan ipad. Rasa pusing yang sudah mereda malah membuat pria itu kembali gas lagi dengan pekerjaan, apalagi sebelumnya dia memang meminta Sandy _sekretarisnya_ untuk mengirimkan file data yang sejak kemarin memang perlu dia baca itu. Yups, bisa di bilang dia harus menyelesaikan pekerjaannya yang lusa lalu sempat tertunda. Di sisi lain Ronal bekerja _setelah bangun dari tidurnya yang hanya berlalu 1 jam itu_, dia sungguh hanya mendengar suara rusuh gadis itu _Reya_, yang saat ini tengah menyantap makanan dengan asiknya, di meja depan sana. Entah kenapa hanya melihat wanita itu makan dengan cukup bar bar membuat Ronal kenyang sendiri, yang padahal sejak pagi Ronal memang hanya menyantap makanan sedikit sebab tidak sempat dan tidak berselera. Ronal sadar kalau wanita itu memang bukan lagi lapar untuk makan, tapi sudah ke tahap doyan makan sekali, dan itulah yang Ronal tau selama beberapa kali melihatnya. Namun karena sekarang dia bisa melihat secara langsung dan dalam jarak cukup dekat, Ronal juga tetap sedikit terkejut di buatnya. Dia heran bagaimana wanita itu bisa memiliki proporsi tubuh yang begitu pas tinggi semampai langsing namun menggendut di tempat yang tepat seperti di dua buah melon. By the way, mungkin kalian penasaran kenapa Ronal bertingkah plin plan macam itu, sebab sebelumnya dia bahkan ngotot untuk memiliki kamar itu dan membuat Reya keluar dari sana. Ya salah satu alasannya meminta wanita itu tinggal di sini karena faktanya Ronal tidak sejahat itu membiarkan wanita yakni malah teman dari Sia untuk luntang lantung di jalan mencari tempat inap. Makanya dia memutuskan begitu tanpa pikir panjang. Toh memang benar jika dirinya sejak awal hanya di sini untuk istirahat saja kan. Bahkan sudah di bilang jika Ronal tidak pusing, dia memilih langsung mengecek pekerjaannya di luar agar dia bisa cepat pulang dan tidak membuang waktu di sini. Tapi sudah terlanjur, begini juga tidak apa apa. Setelah menyantap makanan, wanita itu nampak bangkit dan membersihkan tempat sebelum akhirnya pergi keluar dari kamar _menuju area balkon yang memang terdapat kursi kursi santai dan kolam renang itu. Ronal tau mungkin wanita itu merasa tidak nyaman berada di ruangan yang sama dengan dirinya, tapi ya Ronal tidak perduli akan hal itu. Toh dirinya diam saja, dan tidak mengganggu malah fokus dengan iPad dan laptopnya. Hingga malam, Ronal samar samar mendengar wanita itu _Reya_ yang sepertinya berbicara sendiri, eh tidak, maksudnya sepertinya wanita itu mungkin memang tengah bertelefonan. Ronal tidak tau jelas apa yang wanita itu bicarakan, namun Ronal cukup salut karena Reya benar benar betah sekali banyak biara dan itu pun lama hingga berjam jam, sampai pukul hampir sepuluh malam loh. Hingga sampai begitu lamanya, Ronal juga masih tidak perduli, dan memilih fokus terhadap pekerjaan. Tiba tiba Ronal mendengar adanya suara getaran di sana, yang mana tak lain tak bukan berasal dari ponselnya yang saat ini tergeletak di ranjang sampingnya tersebut. Ronal melirik ke arah ponsel, di mana rupanya panggilan tersebut berasal dar Sandy _sekretarisnya_ dia bisa melihat nama kontak yang tertera di layar sana. Dia pun sontak meraih ponsel dan mengangkatnya berlanjut menggeser tombol hijau di sana, Panggilan tersebut pun terhubung ... "Bos," Sapaan Sandy di seberang sana langsung mendapat balasan dari Ronal dengan sebuah gumaman. Ronal sendiri tidak hanya bertelefonan saja dengan Sandy, namun pria itu juga melakukan pekerjaan lain dengan membaca file yang ada di iPad nya. "Hm." Sandy terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menggumam cukup lama seperti tengah berfikir. Dan Ronal yang merasa tidak tahan pun hendak membuka suara. Namun ternyata Sandy lebih dulu berbicara. "Tadi ada sedikit masalah di kantor," Ucapan yang di lontarkan Sandy membuat Ronal mengerutkan dahi mencoba mencerna. Tapi tidak lama akhirnya Ronal langsung bertanya balik sebab penasaran, "Ada apa?" "Em ... Sebenernya niat gue mau ngasih taunya nanti ketika lo balik dari sana sih, tapi ternyata gue nggak tahan ngasih taunya," ujar Sandy mengawali. Dan Ronal tidak sabar dengan yang namanya basa basi. "Hm," Sandy yang paham kalau bos nya tersebut mulai terdengar suram, akhirnya dia juga tidak mau berbasa basi dan langsung mengatakan intinya, "Anak magang sama ketua devisi pemasaran ketahuan lakuin 'itu' di kamar mandi," Ronal yang mendengar ucapan Sandy sontak saja menghentikan gerakan tangan yang mengeskrol ipadnya itu. Lalu menatap tajam ke arah depannya yang kosong tersebut. Dia mendengarkan lagi Sandy yang berbicara lagi secara seksama. "Terus istrinya juga dateng lagi. Makanya langsung heboh seantero kantor." lanjut Sandy. Tidak perlu di jelaskan detail Ronal pasti juga sudah faham dengan maksud perkataan Sandy yang mengatakan 'itu', apalagi kalau bukan hal tabu. Sebenarnya di kantor Ronal bukannya tidak tau jika banyak pegawainya yang sering melakukan hal yang tidak terpuji, baik yang mulai ciuman saja atau yang benar benar lebih, tapi karena Ronal tidak mau mengurusi hal pribadi mereka, jadi dia diam saja. Tapi jika sudah sampai mengotori nama perusahaan Ronal baru tidak akan diam, mengingat sampai membawa istri sah dan menghebohkan seperti itu. Beda cerita jika yang biasanya para pegawainya melakukan nya secara sembunyi sembunyi, macam di tangga darurat misalnya. Dia baru tak perduli. Bahkan terakhir kali Ronal juga melakukan hal tersebut bersama wanita yang saat ini berada di kamar dengannya itu, lihatlah baru juga di bicarakan wanita itu nampak berjalan masuk dengan langkah gontai dan menaiki ranjang. Cih, Ronal ingat pernah mencium bibir wanita itu di tangga darurat hanya demi menutupi dirinya agar tidak terlihat dan di cap buruk oleh pegawainya. Aish sudahlah ... "Okay, tunggu gue balik," Ronal berucap demikian karena dia belum sepenuhnya tau situasi, jadi dia juga tidak mau bertindak gegabah. "Iya bos," Sandy yang mengerti juga langsung mengiyakan begitu saja. "Satu file yang udah lo kirim, udah gue baca. Setelah gue balik baru kita rapat." Jelas Ronal. Dia memang tengah mengerjakan beberapa proyek besar, yang sudah dia cita citakan sejak satu tahun yang lalu. Dan kali ini dia baru bisa merealisasikan pelan pelan. Makanya dia juga sedang semangat semangatnya bekerja tidak perduli sakit atau dalam posisi apa. Ya begitulah Ronal. Eh tidak juga deng, Ronal memang selalu menggebu gebu dalam bekerja, namun kali ini lebih lebih lagi. Sandy pun mengiyakan bosnya lagi. "Hm iya bos siap." Mata Ronal tiba tiba melirik ke arah ranjang depan sana, di mana Reya yang sudah memposisikan dirinya berbaring miring seraya memainkan ponsel itu dalam diam. "Satu lagi, lo nggak perlu nyusul ke sini." tutur Ronal masih dengan matanya yang melirik wanita itu, Reya di sana. Eh .., Tentu Sandy sampai terkejut mendengarnya, pasalnya rencana awal mereka kan Sandy akan menyusul kalau pekerjaan di kantor pusat sudah selesai, mungkin lusa menyusulnya. Makanya pria itu sedikit tidak percaya. "Serius bos?" tanya Sandy untuk memperjelas maksud dari bosnya tersebut. Ronal bergumam tanpa pikir panjang. Memang itu sudah keputusannya. "Hm, iya." Namun bukannya senang sebab tidak perlu repot repot pergi keluar kota, Sandy malah terdengar mengeluh di sana. Pria itu mendesah tidak ikhlas akan keputusan Ronal. "Yah nggak jadi refresing dikit dong," keluh Sandy secara gamblang. Ronal tau maksud Sandy. Pria itu memang selalu begitu, paling suka jika ada pekerjaan di luar kota atau pergi keluar negeri, katanya Sandy sambil menyelam minum air, selagi bekerja harus tetap merilekskan badan dengan suasana baru yang indah, beuh lagi tempat inap yang pastinya bagus. "Apa?" Ronal bertanya berpura pura tidak tau, namun dari nadanya saja sudah sedikit di rendahkan seperti tengah mengintimidasi. Dan langsung saja Sandy merespon nya dengan tawa di buat buat, "Hehe enggak jadi bos, enggak kok." Sandy memang mencabut ucapannya sendiri, tidak berani mengeluh jika Ronal sudah berucap seperti itu. "Hm," Setelah itu barulah Ronal bergumam membalas. "Kalo begitu gue tutup ya bos," Sandy sengaja berpamitan, karena ya memang waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan dirinya juga bosnya _Ronal_ perlu istirahat. "Hm," balas Ronal. "Istirahat aja bos, lanjut besok kerjanya, awas aja tumbang kalo di gas mulu." peringat Sandy karena yakin jika saat ini _kalau bosnya belum tidur_ itu berarti Ronal memang tengah bekerja. "Hm." Dan setelah itu, sambungan telefon pun terputus dengan Sandy yang memutuskannya lebih dulu. Tut ... Ronal menjauhkan ponsel dari samping telinga nya perlahan, dia juga berniat meletakkan ponselnya tersebut kembali ke ranjang sampingnya. Namun tiba tiba, dia malah merasakan sebuah getaran yang muncul _pelan_ dari ponsel di tangannya. Makanya dia buru buru mengurungkan niat untuk meletakkan ponsel dan malah kembali mengangkat nya untuk melihat notif apa yang membuat ponselnya bergetar. Dan siapa sangka ketika Ronal melihat layar, dia malah melihat bar notifikasinya sudah berisi nama kontak seseorang yang dia save 'Temannya Sia'. Jelas tak lain tak bukan si pengirim itu adalah wanita itu, orang yang saat ini berbaring miring di ranjang depan sana. Ronal langsung menekannya dan masuk ke bar chatting dengan kontak 'Temannya Sia' itu, Jujur Ronal terkejut mendapat pesan singkat dari wanita bar bar itu di sana, seperti terakhir kali yang pesanan hanya dia buka tanpa di balas. Bukan tanpa alasan Ronal melakukan nya, itu semua juga karena Ronal tak tau harus membalas apa, makanya dia memilih mengabaikan saja. Dan kali ini wanita itu malah mengirim pesan lagi di saat orang yang di kirimi pesan saja berada satu ruangan dengan wanita itu. ___ Pesan masuk Teman Sia: 'Malam,' ___ Ronal tak tau jika selera basa basi Reya seperti itu, terakhir kali wanita itu juga mengirimi pesan yang sangat basa basi sekali. Mungkin Ronal memang merasa aneh, kenapa wanita ini sangat iseng sekali dengan mengirimi pesan tidak bermutu. Namun ternyata setelah dia mendapat pesan masuk lagi, dengan ini 'Kamu kakak sepupunya Doni ya?'. Ronal pun langsung paham maksud dari Reya. Karena tak tahan Ronal sampai mendengus pelan di sana, yang mana dia juga sadar kalau dengusannya mengundang mata Reya untuk meliriknya, terbukti wanita itu yang sampai mengangkat sedikit kepalanya. Ronal tidak peduli akan hal itu, dia memilih tetap memandangi layar ponselnya dan sekali lagi membaca pesan singkat yang Reya kirimkan. Wow ..., Jadi selama ini Reya memang tak tau kalau dirinya adalah sepupu Doni? Hm, sungguh Ronal tak mengira akan hal itu, sebab sejak awal yang dia tau wanita itu begitu menghindari nya makanya saat di telfon atau dikirimi pesan wanita itu juga tidak membalas lebih _cuek_ karena juga ingin menghindar. Tapi ternyata lihat, memang sejak awal wanita itu menghindar meski tidak tau kalau dia adalah Ronal, sepupu Doni dan Ronal adalah orang yang sama. Agak kocak sekali bukan. Belum lagi Reya yang menggunakan bahasa aku kamu yang jelas sekali agak kagok, sebab beberapa kali wanita itu hanya terus menggunakan bahasa formal ataupun lo gue kepadanya sana. Ronal pun tersenyum miring di sana. Sepertinya menarik juga jika dia mengikuti alur permainan Reya. Dan ikut berpura pura tidak tau juga di sana. Tidak lama setelahnya Ronal malah kembali mendapat pesan masuk. Yang mana isinya kembali membuat Ronal mendengus tak tahan lagi. Ronal benar benar tidak perduli juga kalau di perhatikan oleh wanita itu akibat dengusan nya. Karena ya Ronal benar benar lumayan terkejut bahwa wanita itu berani mengatakan ingin lebih dekat dengannya. Dekat? Haha ... Seriously! Ronal jadi membayangkan jika sampai wanita itu tau kalau pria yang ingin di ajak dekat itu sebenarnya berada tepat di depannya hanya terpaut lima meter saja mungkin. Wow ... Haruskan Ronal membongkarnya di detik awal permainannya? Haha tentu saja tidak, Ronal tak rela kehilangan moment wanita itu yang saat ini nampak begitu bodoh seperti itu. Makanya dengan cepat, Ronal pun mengetikkan balasan yang tak kalah singkat kepada Reya di depan sana. Agar kebodohannya terasa makin nyata. 'Iya,' hanya kata itu yang Ronal kirimkan. Tidak lama Reya juga membalas dengan mengirimkan kata kata maaf sebab sebelumnya bertindak tidak sopan dengan mengabaikan. Ronal sendiri juga tidak terlalu perduli, makanya dia juga membalas mengiyakan saja. Sumpah demi apapun, Reya begitu gerak cepat dalam mengirimkan pesan berbanding terbalik dengan Ronal yang cukup lama karena lumayan berfikir keras. Dan siapa sangka jika balasan Reya yang kali ini malah membuat Ronal terpaku di tempat. Yups, wanita itu menanyakan namanya, bukan bukan nama Ronal, tapi kalau maksud dari Reya adalah nama sepupu Doni. Ronal diam saja tak membalasnya, jujur saja Ronal tak tau harus menjawab apa. Makanya dia mengabaikan panggilan hingga akhirnya tanpa sadar pesan masuk itu terabaikan hingga 15 menit lamanya. Dan Ronal pun juga tiba tiba malah harus mendengar suara umpatan dari mulut wanita yang tengah berbaring di ranjang itu, Reya. Entah kenapa Ronal merasa kalau umpatannya di tujukan kepada sepupu Doni, yakni dirinya. Makanya Ronal langsung menatap Reya dengan tatapan khas dirinya datar menusuk. Makanya wanita itu _Reya_ langsung gelagapan di buatnya. Wanita itu, terbata bata menjelaskan yang sudah Ronal pastikan adalah kebohongan. Hm, sudahlah ... Dan akhirnya begitulah setelahnya, Ronal tak mempermasalahkan lebih penjelasan Reya, hingga memilih melanjutkan menatapi pesan terakhir berisi pertanyaan tentang nama dari wanita itu. Bermenit menit berlalu, Ronal masih dalam posisinya, dan ketika dia sudah memiliki ide untuk mengetikan sesuatu dan membalasnya. Ronal malah melihat kalau Reya sudah tidak bergerak lagi di atas ranjang sana. Sepertinya wanita itu sudah terlelap ke alam mimpi. Terbukti dari ponselnya yang juga tergeletak di samping tangan. Hm, Entah kenapa meski tau kalau wanita itu sudah pergi ke alam mimpi, Ronal masih ingin mengetikkan nya, Oleh karena itu, Ronal pun buru buru benar mengetiknya dan juga menekan tombol send. Tapi tapi, rupanya semua itu tidak bertahan lama sebab Ronal malah langsung menghapus pesan _yang sedetik lalu baru juga dia kirim_, a.k.a menarik pesan tersebut hingga berganti menjadi tulisan. 'Anda telah menghapus pesan ini.' Agar wanita itu _Reya_ tidak bisa membaca apa yang baru saja dia kirimkan. Aishh ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN