Chapter 46 - Tidak Ranjang yang Sama!

1256 Kata
Sesuai perintah dari Ronal tadi, Reya benar benar menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut, membuat Reya hanya menyisakan kepala saja yang terlihat di sana. Ronal sendiri _pria itu_ dengan santainya malah duduk di sofa panjang yang terdapat di kamar itu. Reya cukup geram, tapi dia hanya diam saja dan malah makin mengeratkan selimutnya yang membalut tubuhnya itu. "Saya akan menempati tempat ini, sebaiknya anda pergi." Dan tiba tiba saja pria yang saat ini duduk bersandar dengan melipat kedua tangan dan melipat kaki itu berucap tiba tiba. Wajah songongnya nya sama sekali tak menunjukkan ekspresi tertekan setelah mengalami kejadian bersama Reya tersebut. Reya sendiri yang mendengarnya sontak saja dia melebarkan mata dan hendak mengacungkan tangan ke depan, tapi dia buru buru mengurungkannya ketika ingat kalau tangannya saja berada di dalam selimut. "Nggak!" tolak Reya mentah mentah. Dia sangat keberatan dengan lontaran kata yang di ucapkan bos Dhini. Memang nya pria itu siapa berani menyuruhnya seenak hati. Okay pria itu adalah seorang Billionaire, Reya pun sangat paham dan setuju kalau semua yang pria itu inginkan akan dia dapat dalam sekejab. Namun Reya juga masih sangat berhak loh berada di kamar itu. Dia sudah mem-booking-nya. Jika ada kesalahan dari pihak resort harusnya Reya kan yang memenangkan, sebab telah datang lebih dulu dari pada pria arogan nan menyeramkan tersebut. "Ini tempat saya, saya sudah membayar mahal untuk ini semua!" lanjut Reya dengan penuh keyakinan. Dia yakin akan mempertahankan kamar tersebut agar dia bisa tempati untuk beberapa hari ke depan. Dan benar seperti dugaan Reya, kalau pria itu masih berusaha mengejeknya, terbukti dari respon pertama yang di tunjukkan selalu saja sebuah dengusan meremehkan. Setelah itu dia baru berbicara. "Apakah anda berani bertaruh dengan saya, siapa yang akan mendapat kamar ini?" Jelas tidak lah! Reya siapa, berani bertaruh. Yang ada Reya yang benar akan terdepak kalau seperti itu, mengingat pasti pria itu berani mengeluarkan uang berkali kali lipat lebih banyak dari pada harga sewa kamar ini hanya demi menang dari Reya. Makanya Reya memang perlu mengusirnya, ah tidak maksudnya membuat pria itu pergi secara perlahan. "No no no, pokoknya ini tempat saya! Saya sudah tidak memiliki uang untuk menyewa tempat lain, lebih baik anda saja yang pergi," Prett ... Jelas kan Reya hanya berbohong, dia pasti memiliki uang, walaupun jika dia yang pergi nanti juga akan mendapat kompensasi dari pihak resort, tapi jelas Reya pasti tidak akan mendapat kamar se bagus ini di tempat lain. Dia yakin kalau akan kerepotan sendiri juga nantinya. Akan lebih baik jika orang kaya itu saja yang mencari tempat baru. Pria tersebut mengangguk setuju dengan kata yang Reya lontarkan. Bahkan Reya hampir melonjak kesenangan melihatnya, sebelum pria itu melanjutkan ucapannya ..., "Okay, siap siap saja anda di seret dari sini!" Reya terperangah kecil di buatnya. Kan sama aja bohong kan. Pria itu mengangguk tapi malah melontarkan ucapan dengan nada sinis tak tertolong mana ingin menyeret Reya dari sini pula. "Eh! Nggak bisa, saya punya hak di sini, saya sudah bayar mahal!" tekan Reya lagi. Sudah di katakan dia tidak mau rugi. "Saya akan membayar gantinya." balas pria itu super enteng, seperti tidak ada beban sama sekali di sana. Reya juga melongo setelahnya, dia sedikit menduga sih jika pria macam bos Dhini mau melakukan hal tersebut demi mencapai tujuan. Namun tetap saja Reya tidak mau. Reya menggeleng kuat tanda tidak setuju di sana, "Nggak! Tetep nggak bisa!" Selanjutnya, pria itu nampak diam saja dengan tatapan lurus ke arah Reya, menjadikan sang empu begitu salah tingkah. Memang perlu ya menatap seperti itu belum lagi sorot matanya yang tajam benar benar mengganggu Reya bukan main. Sial harus kah Reya mencolok kedua mata itu dengan dua jari tangannya sendiri. Aishh ... Dan beberapa saat setelah menatap penuh intimidasi Reya, barulah pria itu mengalihkan tatapan sambil mengangguk pelan beberapa kali. "Okay ..." Sial ... Reya tak bisa tertipu dengan arti setuju pria itu. Bisa saja akan kembali menyesatkan seperti terakhir tadi. Dan benar saja ... "Kalau begitu, berarti anda siap berada di kamar yang sama dengan saya, karena saya juga tidak akan pergi dari sini." Bangsattttt ... Bisakah Reya mengumpati pria kaya itu keras keras tanpa takut nyawanya makin melayang nantinya. Hiks ... Reya kesal karena susah sekali untuk bernegosiasi. Dia bingung harus melakukan apa. Namun tiba tiba, pria itu malah kembali mengatakan sesuatu yang membuat Reya kembali melebarkan mata dan membuat wajah Reya juga memerah padam lagi, "Ah, atau mungkin anda juga ingin seranjang dengan saya?" Hng ... "b*****t!" Lepas juga kan akhirnya. Umpatan keras Reya lontarkan begitu saja setelah mendengar kata kata yang tidak senono di pendengaran Reya itu. Dasar b******n tengik, sudah pasti benar kalau pria ini adalah Playboy kelas kakap yang berani menggoda banyak gadis, dari cara pria itu selingkuh dengan Ana _tetangganya dan calon tunangan Nopal_ juga cara dia melontarkan kata kata sulit menjadi begitu mudah di ucapkan. "Lo yang nggak jelas, masuk seenak hati, dan bagaimana bisa staff ngasih lo kartu akses di saat gue udah menempatinya." tutur Reya tak kalah menggebu gebu dari sebelumnya, bahkan wanita itu sampai harus menahan diri agar tidak melewati batas dari hal tersebut, dia juga kembali keceplosan menggunakan lo gue. Ah terserah saja Lah! Pria itu yang nampak mengeluarkan ponsel dari dalam saku itu terdiam sejenak, lalu menatap Reya lagi sekilas sebelum melihat layar ponsel lagi, "Itu urusan anda dengan pihak resort," Dia membalasnya dengan nada cuek bebek, dan tidak melihat ke arah Reya saat berucap. Reya geram, dia mengepalkan kedua tangan hingga buku buku jarinya memutih di balik selimut tersebut. Aish ... "Okay! Saya akan mengurusnya, dan saya pastikan anda akan pergi dari sini," Harusnya Reya tak perlu seyakin itu dengan menambahkan kata 'pastikan' di sana. Namun tidak ada pilihan lain bagi Reya untuk tidak menggunakan staff. Setidaknya staff pasti akan mempertimbangkan atau malah memberatkan customer untuk mendapat hak haknya di sana. Jika pihak resort mengabaikan pelayanan customer dan malah mementingkan orang yang memiliki nama macam pria itu, jelas sudah kalau seperti itu, Reya yang akan kalah dan terdepak! Oh tidak ... Reya benar tidak akan membiarkannya. Dia tetap harus menemui staff dan bernegosiasi yang sudah pasti dia juga akan memaksa untuk mendapat tempat itu. Lihat saja nanti. "Okay silahkan." Dan ternyata pria itu juga setuju dengan keputusan Reya, benar benar tidak ada khawatir khawatirnya sama sekali di sana. Aishh ... Reya harus memenangkan kamar ini! Harus! Urusan kosekuensi pikir nanti. Reya pun memutuskan hendak melangkah, namun mendadak dia ingat jika belum menggunakan pakaian apa apa, tubuh di balik selimut tersebut hanya terbalut celana dalam hitam dan barnya yang juga berwarna hitam itu. Reya meneguk salivanya ketika mengingat kejadian tadi, saat segala kebodohannya yang ikut membuatnya malu ketika mengingatnya. "Ming minggir, saya mau pakai baju." ujar Reya dengan gugup di sana. Dan pria itu sama sekali tak mau menghadap Reya, dan fokus menatap ponsel ketika menjawabnya, "Cih, tidak tertarik." Kampretnya! Reya mendengus tidak suka _tapi dengan pelan_. Tidak ada pilihan lain bagi Reya kecuali berganti di kamar mandi. Makanya dia dengan cepat cepat mengambil pakaian _yang bersepah di lantai_ sebelumnya sempat dia tanggalkan tadi itu. Hanya saja Reya harus di buat terdiam ketika pria itu kembali mengucapkan sesuatu di sana. "Ah, satu lagi, sebenarnya saya masih ingin mendengar tentang masalah tamparan, mumpung saya masih memiliki minat untuk mendengarkan." Ucapan pria itu seolah kembali membuat nyawa Reya tercabut dari tempatnya. Dia di ingatkan kalau permasalahan tamparan belum selesai di sana, dan mungkin akan makin menjadi jika Reya tak melakukan sesuatu sekarang ini. "Aishh ..." Reya mendesah pelan. Haruskah dia menunduk atau malah bersujud di depan kaki pria itu setelah semua kelancangan yang sudah dia lakukan itu? Haruskah? Hiks ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN