Chapter 47 - Kamar Yang Sama

2124 Kata
Ronal memijit _pelan_ pelipisnya menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih setia mengendalikan roda kemudi mobilnya tersebut. Memang saat ini Ronal tengah berkendara di jalan raya, ia hendak menuju tempat inap yang biasanya menjadi langganannya itu. Makanya hanya dengan Sandy yang mengurusi pem booking-an, Ronal bisa langsung ke sana tanpa perlu ribet ribet dan yang lainnya. By the way, dia memang baru menyelesaikan meeting nya dengan klien, sekitar 2 jam lamanya mungkin, makanya dia langsung bisa pergi ke tempat inap. Ronal juga tidak berniat pergi kemana mana. Yang dia butuhkan sekarang hanyalah bersih bersih lalu tidur _meski hanya sebentar_. Efek obat yang dia minum sepertinya belum sepenuhnya merasuki tubuh. Bahkan Ronal masih merasakan pusing di kepala nya, walaupun tidak sepusing ketika di pesawat sih. Mungkin jika Sandy tau keadaan bos nya tengah seperti ini, pria 26 tahun itu tidak akan pernah rela membiarkan bos-nya bertemu klien sendiri, terlebih berkendara sendiri juga, pasti Sandy akan ngotot meminta untuk ada yang menyupirkan Ronal itu. Sudahlah ... Ronal merasa akan baik baik saja setelah tidur nanti. Dia pun fokus mengendarai dan mempercepat laju mobilnya agar segera sampai. Tidak butuh waktu lama, mungkin sekitar lima belas menit an, dia pun akhirnya sampai di tempat tujuan. Sebuah penginapan atau resort andalan Ronal. Sebenarnya fakta lagi, Ronal memang sudah menjadi investor untuk resort ini, tepatnya sejak satu tahun yang lalu, alasannya karena dia suka dan jika di lihat lagi, banyak orang yang juga menyukainya. Makanya dia tidak perlu berfikir panjang untuk menyuntikkan dana pada resort ini. Ronal pun menghentikan mobil sportnya tersebut di tempat parkir yang di sediakan. Dan setelah itu dia tak mengulur waktu untuk turun dari mobil tersebut. Sebelum melangkah pergi dia juga membuka bagasinya lebih dulu, mengambil koper miliknya. Dia tak membawa banyak barang _sepertinya_, ya memang sepertinya, Ronal saja tidak tau apa yang dia bawa, sebab Sandy lah yang menyiapkannya tadi pagi. Ronal hanya terima beres pokoknya. Ronal pun menatap pintu masuk resort tersebut sejenak. Lalu tersenyum miring tiba tiba. Entah apa yang Ronal pikirkan, tapi pria itu melakukan hal tersebut sebelum akhirnya melangkah memasuki area lobi resort. Beberapa pegawai perempuan yang menyapa nya sebagai customer nampak terperangah dengan senyum malu malu di sana. Padahal Ronal tak melakukan apa apa kecuali mengangguk sedikit sebagi bentuk sapaan, padahal Ronal jiga tak menunjukkan ekspresi apa apa kecuali wajah datarnya tersebut yang sama dekali tanpa ekspresi. Mungkin beberapa staff di sini memang tidak asing dengan sosok Ronal, yang juga sering wara wiri di resort ini dalam satu tahun terakhir. Menginap di sini adalah kebiasaan Ronal makanya banyak yang akan mengenali nya. Meski hanya sebatas customer saja. Yups, status Ronal yang sebagian investor memang tidak di ketahui pihak staff. Hanya para petinggi resort ini saja yang tahu. Bahkan Ronal sampai memiliki kamar khusus yang selalu dia tempati ketika di sini. Dan sepertinya memang pihak resort juga tidak membiarkan tempat itu di tempat i pengunjung lain kecuali Ronal. Ronal tidak perlu menghampiri meja administrasi tapi sudah ada pria paruh baya yang langsung datang menghampirinya, dia tau pria itu _pak Ageng_, dia adalan tangan kanan petinggi di sini. Sepertinya pria itu sengaja di perintah untuk menyambutnya, karena ya Sandy sudah menghubunginya kalau dia akan ke sini. Ronal menyambut baik salam dari pria paruh baya yang mengenakan pakaian adat bali tersebut. "Sepertinya saya akan langsung istirahat," Bukan niat menyela atau apa, tapi Ronal memang ingin mengungkapkan secara jujur ketimbang pria banyak bicara itu terus mengungkapan hal tidak jelas sedangkan Ronal sudah tidak tahan sendiri. Pria paruh baya tersebut terlihat terkejut, dan mulai mengulum bibirnya yang mulanya hendak menjelaskan beberapa perkembangan resort tersebut. makanya dia menjadi cukup canggung di sana. "Ah, benar. Kalau begitu biar saya antar." Ronal mendesah kasar seraya memejamkan mata sejenak, "Tidak perlu," tolaknya. Pria paruh baya tersebut pun akhirnya mengangguk mengerti dengan keinginan investor terbaik di resort tersebut, "Ah okay okay bapak Ronal, saya mengerti. Sebentar saya ambilkan kartu aksesnya," "Hm," Ronal hanya bergumam sebagai balasan. Lalu dia pun menunggu pria paruh baya tersebut memerintah anak buahnya untuk mengambilkan kartu akses di sana. Dan setelah mendapat apa yang dia inginkan akhirnya Ronal pun segera menuju tempat yang biasanya dia tempati itu. Yang tentu saja sendiri tersebut. Ronal melangkah cepat cepat menandakan kalau dirinya memang sudah ingin membaringkan badan, bukan hanya pusing tapi dia juga mengantuk. Kopernya sendiri dia seret kasar mengiringi langkah kakinya. Dan akhirnya dia pun sampai di depan kamar yang dia tuju, tempat favoritnya, kalau dari depan masih sama seperti terakhir kali dia berkunjung _tidak berubah_. Lalu ketika dia menempelkan kartu untuk masuk ke dalam. Pintu pun berhasil terbuka ... Cklekk ... Dia mendorong pintu tersebut secara perlahan, Hanya saja ketika pintu sudah terbuka sedikit, dia malah langsung di buat terkejut dengan suara musik yang menyambut gendang telinganya, Ada orang yang menempati kamar ini? Siapa yang tidak terkejut jika jadi Ronal. Padahal bisa di bilang kamar ini sudah dia booking, maksudnya Sandy sudah membooking, bahkan pihak resort tadi juga tidak mengatakan apa apa kepadanya dan malah langsung memberikan kartu akses di tangannya ini juga. Okay ... Ronal akan memastikan lebih, bisa saja jika memang musik berbunyi namun tidak ada orangnya di sana, meski hal tersebut bisa di katakan sangat mustahil. Benar saja, ketika pintu sudah sepenuhnya terbuka, Ronal langsung di buat mengerutkan dahi dalam _shock_ melihat sesuatu di depan sana. Yups, ternyata memang benar kamar tersebut sudah di isi oleh orang lain, bukan hanya Ronal dapat melihat koper yang terbuka di lantai samping ranjang _yang bisanya di gunakan oleh Sandy tidur tersebut_, tapi juga di sisi lain dia bisa melihat _di balik sela sela pembatas kayu_ ada seorang wanita yang saat ini hanya memakai celana dalam dan branya saja. Sungguh hal itu amat mengejutkan penglihatan Ronal di sana. Dia tidak ber ekspektasi akan melihat hal seperti itu. Dari samping saja _walaupun tidak sepenuhnya jelas_ sebab ada penghalang, tapi dia bisa mengetahui bagaimana bentuk tubuh wanita di sana. Ronal mengeram di tempat karena pihak resort yang seperti ini, namun ketika dia hendak menutup pintu lagi, dia tiba tiba di buat terkejut ketika mata nya tak sengaja melihat ke arah lantai. Ya ... Ronal mendapati sepatu familiar di ingatannya. Beberapa jam yang lalu dia baru saja melihat sepatu yang sama, yakni milik wanita itu Reya _teman Sia_, dia sempat melihat wanita yang tadi duduk bersampingan di pesawat juga memakai sepatu sneakers tersebut. Namun bisa saja Ronal salah mengenali, yang memiliki sepatu sama kan tidak hanya Reya saja, ada juga orang lain yang juga memilikinya. Akan tetapi keyakinan sepatu itu seolah semakin diperkuat dengan mata Ronal yang juga menangkap sebuah benda tergeletak di ranjang _yang dia katakan tadi adalah tempat Sandy tidur, di sana juga terdapat tas slempang yang sama seperti yang wanita itu kenakan. Tidak salah lagi, berarti memang benar jika wanita yang hanya memakai dalaman di sana adalah wanita itu _Reya_. Gila sekali, Ronal yang teringat pintu masih terbuka lebar, pun buru buru dia masuk ke dalam dan menutup pintu tersebut rapat. Ronal mendengus kasar, bisa bisanya orang yang menempati kamarnya juga wanita itu. Tapi tidak apa apa sepertinya malah akan cukup mudah untuk mengatasinya. Makanya dengan tanpa pikir panjang, dia melepaskan kopernya tersebut dan meninggalkan di sana, sedangkan Ronal sendiri melangkah maju untuk melihat makin jelas wanita itu, mengabaikan kalau wanita di sana bisa di bilang hampir telanjgn itu. Ronal mendengus lagi, bisa bisa nya tuhan melakukan hal ini terhadapnya. Oh tapi sepertinya Ronal akan menerima dengan lapang dadanya, karena ya dia cukup penasaran bagaimana reaksi wanita itu ketika melihatnya setelah beberapa kali terus saja mencoba bersembunyi itu. Dan bisa di katakan kali ini Ronal tidak akan berpura pura tidak melihat seperti tempo hari juga saat di pesawat tadi. Dan ketika Ronal sudah maju sepenuhnya melewati pembatas skat kayu yang dia katakan tadi, dia langsung bisa melihat dengan kedua matanya, kalau penampilan berani yang memunggunginya itu masih belum juga menyadari kedatangannya. Wanita itu mengenakan celana dalan dan juga branya yang sama sama berwarna hitam, di mana hal itu sangat lah kontras dengan kulit putih wanita itu. Tubuh ramping berbentuk indah nan kaki jenjang mulus masih sama persis macam saat Ronal terakhir kali bertemu di acara pesta saat dia menggantikan pakaian wanita ini malam itu. Dulu dia sampai harus menutup matanya, namun saat ini dia malah melihatnya secara keseluruhan meski hanya dari belakang. Beberapa saat Ronal diam seraya menatapi, dia sama sekali tak berniat menggangu wanita itu yang asik dengan dunianya sendiri tersebut, sampai akhirnya tepat ketika wanita itu berbalik juga musik yang tiba-tiba berhenti _akibat lagu yang telah habis berputar_, Ronal hanya memasang wajah super datarnya. Meski sejujurnya dia juga sedikit terkejut melihat bongkahan dua bulatan milik wanita itu yang hanya tertutupi kain hitam, walaupun begitu belahan surgawinya juga amat terlihat jelas, mengingat benda itu tidak bisa di katakan kecil jika menurut Ronal. Ronal tau wanita yang melebarkan mata seperti tergagap kesulitan bicara itu pasti amat sangat terkejut melihatnya, tapi dia malah mematung tidak bereaksi menutupi tubuh atau apa begitu melihat ada pria yang saat ini mempertontonkan nya. Ah memang sepertinya wanita itu tidak sadar, karena ketika Ronal menurunkan pandangan menjadi penuh ke arah dua bongkahan yang mungkin lebih besar dari tangkupan tangannya itu, barulah wanita di depan sana berteriak nyaring seraya menangkup sendiri dua melonnya itu, cih niatnya sih menutupi, tapi jelas tidak akan bisa jika hanya menggunakan dua tangan kecil wanita itu sendiri. Dan pekikan tersebut terus terdengar meski wanita itu juga sudah melompat ke atas ranjang membalut tubuhnya sendiri menggunakan selimut. Ronal sendiri sama sekali tak menunjukkan reaksi apa apa di sana, wajahnya benar benar masih begitu datarnya, dia sama sekali tak berniat untuk mengganti ekspresinya, meski sejujurnya ada kala dia ingin mendengus. Makanya dia memilih menyeringai di sana. Sejujurnya Ronal cukup terkejut dengan tingkah berani wanita itu, yang padahal dari yang dia tau wanita itu terus bersembunyi darinya di karenakan takut, wanita itu sendiri kan yang mengatakannya saat dia memejamkan mata di pesawat tadi. Dan sekarang wanita itu berani mengusirnya pergi dan lain lain. Tapi ya Ronal tetap lah Ronal, dia tidak akan terima mau pergi dari tempat yang biasa dia gunakan atau malah sudah menjadi miliknya tersebut. Mungkin bisa saja sebenarnya Ronal memprotes langsung kepada pihak resort, tapi bukan hanya karena dia malas, tapi juga karena dia tidak ingin. Dia ingin melihat bagaimana wanita itu menanggapinya selanjutnya. Bisa di bilang Ronal ingin sedikit bermain main dengan wanita itu, Reya. Dan yups, semua yang dia lakukan cukup menyenangkan, bahkan rasa pusingnya juga lumayan tidak terasa saking dia menikmati bagaimana tingkah wanita itu. Faktanya Ronal tidak atau jarang sekali berdebat dan terlalu banyak bicara seperti ini, tapi dia kali ini melakukannya. Dia juga tidak sadar terus mengeluarkan kata kata pedas kepada wanita itu, sampai sepertinya wanita itu tidak terima, ketika Ronal berkata jika tubuh Reya _wanita itu_ tidak berharga, bohong kalau Ronal tidak tertarik, sebagai laki laki normal tentu siapa yang tidak akan suka dengan benda kenyal bulat yang tadi dia lihat. Yang mana karena kemarahan yang mendera, wanita itu Reya malah turun dari ranjang dan kembali membiarkan tubuhnya itu terbuka dan mempertontonkan apa yang tadi Ronal lihat. Ronal hanya tersenyum miring karena tingkah Reya tersebut, benar benar wanita yang menakjubkan, apa dia tidak tau kalau Ronal adalah laki laki tulen? Apa dia tidak takut jika bisa saja Ronal langsung mendorong wanita itu keranjang dan menindihnya hingga sesuatu yang lebih ada kemungkinan terjadi. Sial, wanita itu benar benar terlalu berani. Apa dia juga selalu seperti ini dengan pria lain selain Ronal? Aishh ... Ronal yang merasa tertantang juga ikut maju mendekati wanita itu seraya terus mengintimidasi wanita itu dengan kata katanya yang tajam menusuk membahas kesalahan wanita itu. Sampai akhirnya Ronal yang tiba di depan wanita itu, dia bisa langsung melihat bagaimana bentuk tubuh Reya dalam jarak yang amat dekat. Sudah di katakan bukan kalau Ronal adalah pria tulen, bukan pecinta batangan juga. Makanya dari pada hal tidak di inginkan terjadi, dia pun memilih meraih selimut dan menyerahkan selimut itu untuk menutupi tubuh wanita itu. Jangan lupakan Ronal juga berucap tentang 'menanggalkan sisa pakaian' jika wanita itu tidak mau menutupi. Dan jelas hal itu bukan omong kosong belaka, dia tidak tau sifat setannya akan bersembunyi seberapa lama jika dia terus di suguhi pemandangan surgawi seperti itu. Dan meski tetap berdebat dengan wanita yang kadang kala berani tapi kadang juga takut itu, Ronal akhirnya mempersilahkan jika wanita itu ingin memprotes ke pada pihak resort, kalau Ronal jelas tidak mau. Dan sejujurnya semua yang Ronal katakan itu tidak serius. Termasuk tentang wanita itu jika ingin berbagi ranjang dengannya. Namun tetap jika wanita itu memaksa, Ronal bisa apa selain menerima. Sial, Ronal tidak pernah seperti ini loh. Jangan kira ucapan vulgar dan beraninya selalu dia katakan kepada semua wanita yang dia temui, karena faktanya tidak sama sekali, dia tidak pernah sekalipun itu kepada Sia. Jadi bisa di katakan dia hanya melakukannya dengan wanita itu ..., Reya!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN