Siang itu Reya berhasil menyelesaikan sesi mandinya. Dia sadar kalau dia benar benar memakan waktu lama di kamar mandi, sebab dia takut gatal gatal akibat ada ulat yang sempat menempeli tubuhnya.
Reya sampai harus menyabun badannya tanpa henti di sana. Sungguh dia benar benar tidak mau hanya karena ulat bulu dia harus merasa tidak nyaman nantinya.
Akan tetapi ketika Reya keluar kamar mandi, dia malah harus di buat terkejut melihat adanya dua staff wanita yang tampak membersihkan ruangan itu.
Reya yang hanya memakai bath robe tentu saja melongo di tempat.
Siapa yang menyuruh para staff membersihkan? Apa pria itu, Ronal?
Reya yang memang saat ini terbengong di depan pintu kamar mandi pun langsung di sapa oleh staff wanita dengan kaca mata persegi besar itu.
"Maaf ibu, ruangannya sedang kami bersihkan. Ibu bisa menunggu di luar kamar dahulu ya." Tidak hanya sekedar menyapa, tapi staff itu memberi tahu Reya secara sopan dan perlahan di sana.
Reya mau tak mau menyudahi sesi bengongnya tersebut, dan mengangguk mengerti. "Iya baiklah. Tapi siapa yang meminta kalian membersihkan? Apa memang jam seperti ini selalu di bersihkan?" Reya sengaja bertanya karena dia memang tidak tau juga dia sedikit penasaran. Kan kebetulan sekali kalau memang waktunya, mengingat tadi baru saja ada insiden.
Dan langsung lah staff itu tersenyum tipis, berlanjut menggeleng. "Tidak ibu. Kami membersihkan atas perintah suami ibu."
Astaga ...
Suami? ... Lagi?
Aishh! Sial!
Sontak saja Reya mengumpat di dalam hati. Ya bagaimana tidak, lagi lagi staff di sini _yang bertemu dengannya dan Ronal sekaligus_ terus mengatakan bahwa Ronal adalah suaminya.
By the way, Reya tidak tau jelas yang memerintah di maksud suami di sana Ronal bukan, tapi bukannya sudah pasti memang pria itu ya, mengingat hanya pria itu yang bisa memerintah tentang ruangan ini.
Tapi sungguh Reya masih merasa tak terima perihal di katai istri dari Ronal.
Reya mendengus pelan sebelum berbicara, "Maaf mengecewakan. Tapi pria itu bukan suami saya." Dia berucap menjelaskan dengan sejujur jujur nya akan fakta yang ada, dua tidak ingin ada kesalah fahaman di sana.
"Eh,"
Dan ternyata staff itu _yang berada di dekatnya_ sontak sedikit tersentak kaget, dari raut wajahnya saja sudah terlihat jelas kalau dia terkejut.
Reya tidak perduli jika staff tersebut terkejut atau juga berubah malu di sana. Karena malah bagus jika begitu reaksinya, berarti kesalah fahaman di sana akan berakhir bukan.
"Jadi tolong jangan berkata suami suami mulu!" lanjut Reya sedikit menekan nya di kata suami tersebut.
"Baik ibu, maaf karena kami sudah salah memahami." Staff wanita berkaca mata itu sedikit menunduk mungkin merasa sangat menyesal di sana. Tidak hanya yang berada di samping Reya itu, tapi staff wanita yang saat ini berdiri di samping ranjang juga melakukan hal yang sama, yakni menunduk, walaupun tidak mengucapakan maaf di sana.
Reya jadi tidak tega sendiri kan jadinya. Lagi pun sebenarnya kalau di pikir pikir bukan salah mereka sepenuhnya juga, salah faham itu wajar, tapi tetap harus di benarkan, juga apalagi mereka berdua berinisiatif minta maaf.
Reua mengangguk mengerti, "Tidak masalah."
Jadi setelah itu, barulah mereka berdua tidak menunduk lagi.
"Lalu sekarang di mana pria itu?" Reya bertanya lagi bukan hanya sekedar mengalihkan pembicaraan namun, dia memang merasa penasaran sebab tak melihat batang hidung pria itu di sana.
"Bapak Ronal pergi setelah kami tiba di sini." balas salah satu staff itu langsung.
"Oh begitu, okay." Reya mengerti lagi. Dia tidak melanjutkannya dan memilih untu melangkah pergi dari sana. Dan Reya sempat melihat ke arah lantai di mana ulat tadi berada sekarang sudah bersih tak ada lagi makhluk yang menurut Reta begitu mengerikan itu.
Reya pun mengambil ponselnya _yang tadi berada di ranjang, tapi sudah berubah menjadi di nakas, sepertinya di singkirkan karena akan di bersihkan_ dahulu, sebelum akhirnya Reya benar benar melangkah keluar kamar, dia berniat untuk akan duduk di sofa depan kolam renang seraya melihat pemandangan depan sana juga kolam renang itu.
Hm, Kolam renang yang mubazir belum sempat Reya gunakan. Pokoknya Reya akan berenang dulu sebelum dia pulang nanti, meski hanya satu kali pun.
Reya duduk sambil memainkan ponselnya itu, dia masih ingat kalau belum memakai pakaian karena hanya di tutupi bath robe. Tapi Reya tidak terlalu khawatir, mengingat hanya ada para wanita di sana.
Sejujurnya Reya lumayan tak menyangka Ronal akan meminta staff membersihkan seluruh ruangan tanpa Reya perintah. Tidak di sangka jika Ronal bisa di bilang cukup peka. Karena faktanya tadi Reya sudah sempat berfikir macam macam bagaimana jika masih ada ulat bulu yang tersisa akibat jatuh dari badannya. Tapi bersyukur juga, sebab jika di bersihkan begini pasti tidak akan ada yang tersisa lagi. Dan Reya bisa tenang.
Haruskan Reya berterima kasih?
Oh tentu saja tidak perlu. Pria itu saja bahkan berani memerasnya. Dia meminta ganti dengan permintaan 3 kali loh. Dan katanya malam nanti akan menggunakan satu permintaannya.
Aish, sial sekali memang hidup Reya ini selama bertemu dengan pria itu.
Huhu, tapi ya bagaimana lagi. Reya tidak bisa untuk tidak menurutinya, karena dalam keadaan terdesak macam itu Reya tidak bisa berfikir lagi kecuali memikirkan keselamatannya.
Hei ... Jangan mengatai Reya lebai atau apalah itu, karena memang rasa trauma tentang hewan itu sangat mendalam bagi Reya. Bukan hanya geli, jijik atau takut efek gatalnya akan timbul. Namun ketakutan lebih dari itu. Mungkin kalian yang juga memiliki trauma akan sesuatu pasti bisa mengerti.
Sejujurnya Reya juga merasa masih lumayan lumrah jika dia hanya takut dengan hewan kecil tersebut yang memang cukup menggelikannya, karena faktanya di luaran sana lebih banyak lagi orang yang trauma akan sesuatu, dan itu malah jauh lebih tidak masuk akal jika di mata orang normal. Bahkan dari yang Reya tau ada juga artis besar di negara ini yang takut dengan rambutan, buah manis yang kulitnya seperti bulu itu, sungguh tidak bisa di mengertikan kenapa takut dengan buah. Ada lagi teman sd Reya yang ketakutan setengah mati dengan yang namanya biji dari buah salak. Hanya biji buah loh, alasannya bahkan sama sekali tidak logis pasti. Tapi ya mau bagaimana lagi, beberapa orang memiliki ketakutan nya masing masing, termasuk Reya.
Sekitar satu jam berlalu Reya duduk di sana tanpa melakukan aktivitas lebih. Dan tiba-tiba dia mendengar suara dari arah belakang. Di mana rupanya satu staff wanita muda itu nampak memanggil namanya, sepertinya hendak mengucapkan sesuatu.
"Permisi ibu. Maaf mengganggu. Saya hanya menyampaikan kalau ruangan telah bersih dan ibu bisa menempatinya lagi." ujar staff tersebut sopan buka main.
"Ah iya, terimakasih banyak ya." balas Reya dengan iringan senyuman tipis.
Dan akhirnya staff wanita tersebut mengangguk sopan, dan berlanjut undur diri dari sana bersamaan dengan rekan satunya lagi tadi, staff yang memakai kacamata persegi.
Reya pun bangkit berdiri dari duduknya itu, dia akan berganti pakaian di sana. Mengingat rambutnya juga saat ini sudah setengah basah dari yang mulanya cukup basah itu. Dia akan mengeringkannya sepenuhnya agar dirinya tidak sakit.
Namun saat dia sudah berada di dalam kamar, dan hendak meletakkan ponsel di atas tempat tidur, dia malah merasakan adanya getaran dari ponsel di tangannya itu.
Makanya, Reya buru buru mengangkat ponsel, untuk melihat siapa gerangan yang telah menghubunginya.
Dan ketika dia sepenuhnya melihat layar ponsel, Reya bisa melihat bahwa terdapat nomor tidak di kenal lah yang tertera di sana.
Dahi Reya berkerut. Berfikir milik siapa nomor itu, dia bahkan juga mengingat ingat nomor tersebut akan mirip dengan nomor si Rivendra _sepupu teman Reno_ yang memang belum dia save juga nomornya itu.
Tapi beberapa detik, Reya sadar kalau nomor Rivendra sepupu teman Reno begitu berbeda dari nomor yang menghubungi saat ini.
Oleh karena Reya cukup penasaran, dia langsung menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut, mengecek siapa sebenarnya orang yang menghubungi nya.
Dan ... Terhubung ...
Sambungan Reya sudah tersambung dengan seseorang di seberang sana.
Reya menunggu dalam diam. Dia tidak akan mau bersuara dahulu. Dan memilih untuk membiarkan orang di seberang sana menyapa dulu agar Reya bisa menilai, apakah dia kenal atau tidak dengan orang yang menelefon.
Dan setelah itu ...
"Halo,"
Alis Reya pun mulai bertaut, dia tengah berfikir keras saat ini. Mengingat ingat siapa pemilik suara ini. Tapi yang pasti suara pria lah yang terdengar dari ponselnya itu.
Siapa ya?
Entah kenapa sungguh Reya merasa tidak asing dengan suara itu. Nadanya terasa familiar di pendengaran nya.
"Halo Reya,"
Dan ketika pria di seberang sana mengeluarkan suara lagi. Reya seketika bisa menyadari siapa sebenarnya orang itu.
Yups, Reya tak mungkin salah mengenali, karena suara itu milik pria yang menyebalkan yang sempat mengganggu Reya di pantai tadi, Ardi.
Sial, kenapa pula pria tidak tau diri itu menghubunginya lagi.
Menyebalkan.
Merasa kesal, dan terasa malah akan membuang buang waktunya jika masih mencoba menanggapi pria tak berotak itu. Reya memutuskan akan mengakhiri sambungan telefon saja, meski dia bahkan belum menyahut sedikit pun.
Reya sudah hampir menjauhkan ponsel dari samping telinganya, namun rupanya sepertinya pria di sebarang sana itu sadar dengan apa yabg akan Reya lakukan. Makanya pria itu buru buru menahan Reya.
"Aku mohon, jangan di tutup dulu. Aku mohon." Memelas mungkin trick yang sengaja di lakukan itu untuk membujuk Reya agar tetap mendengarkan dan tidak mengakhiri sambungan telefon.
"Ada apa?" Dan akhirnya benar saja. Reya mengurungkan niat menutup sambungan telefon sejenak. Reya pun bertanya dengan nada super duper judes itu. Dia sama sekali tak bertingkah melunak macam tadi. Kesempatan melunaknya bahkan di sia siakan, jadi Reya memilih to the point lagi saja di sana.
"Maaf buat yang tadi. Pasti kamu merada nggak nyaman." Pria itu, Ardi maish juga tak mengurangi nada memelasnya.
Padahal pasti sudah jelas, kalau pria itu hanya berucap omong kosong belaka. Ya bagaimana ya, untuk apa pria itu meminta maaf jika malah mengulangi nya lagi.
Bukan sekali dua kali loh Ardi membuat Reya jengah lalu meminta maaf dan mengulanginya lagi.
Sudah di bilang bukan, jika Reya tadi lumayan respect akibat akhir-akhir ini pria itu sudah seperti tobat dan tidak menghubunginya. Tapi kenapa hari hari buruk itu terjadi lagi.
Reya cukup merasa bersalah pada dirinya sendiri yang sudah membuat mereka malah bertemu akibat keputusan nya pergi ke pantai. Tau begitu dia tidak kemana mana saja tadi.
Aishh ...
"Reya, maaf." Karena mungkin tak mendapat balasan dari Reya. Pria itu meninta maaf lagi di sana.
"Gue tutup," Sudah tidak tahan dengan situasi yang terjadi. Reya pun memutuskan untuk menutup telfon lagi saja di sana.
"Enggak Re, enggak. Aku pengen ketemu kamu ___"
Tut ...
Panggilan pun sontak terputus sepihak, dengan Reya yang tentu saja memutuskan nya.
Jahat sekali?
Haha tidak kok, Reya tidak merasa jahat. pria itu saja yang memang terlalu b******k-able sampai sampai menghubungi wanita lain di saat sudah memiliki istri. Kadang Reya bingung, kenapa dulu pria itu mau memacari Yosandra bahkan hingga menuju ke jenjang pernikahan kalau pria itu masih tidak bisa move on dari masalalu, yang bahkan masih mengejar ngejarnya. Apa pria itu tidak berfikir, jika kelakuannya pasti sangat menyakiti sang istri yakni Yosandra. Walaupun Reya begitu tidak menyukai si cabe kiloan Yosandra, namun tetap saja sebagai wanita Reya juga ikut memahami kalau Yosandra tetaplah kaum hawa yang pasti juga kesakitan akibat kelakuan tidak tau diri suaminya.
Bego juga sih Yosandra, bucin sampai seperti gila dengan pria b******k macam Ardi.
Reya pun menyimpan ponselnya tersebut di atas tempat tidur seperti niatannya yang sempat tertunda.
By the way, dia sudah berjanji pada dirinya akan memblokir lagi nomor baru Ardi jika pria itu ngotot menghubungi nya. Harusnya sih Ardi sadar diri dan belajar dari pengalaman untuk tidak bertingkah terlalu bar bar, sebab biasanya jika Ardi sudah tak bisa di tahan Reya akan memblokir dengan mudahnya.
Cukup!
Berusaha melupakan permasalahannya dengan Ardi. Reya pun melangkah menuju walk in closet untuk berganti pakaian di sana.
Reya pun memilih pakaian santai, tapi ternyata dia baru sadar kalau pakaiannya memang bisa di bilang cukup pendek pendek untuk ukuran pakaian rumahan.
Tahu sendiri bukan bagaimana selera berpakaian ala di rumah Reya. Jadi dia tak membawa pakaian yang panjang panjang, celana panjang santai sudah di pakai semalam, dan selebihnya hanya celana pendek dan tank top. Memang bukan ini yang Reya harapkan sebelumnya. Dia kan awalnya tidak tau jika akan berada di kamar yang sama dengan seorang pria. Jadi bukan salah Reya kan yang salah kostum.
Merasa kesal, sebab tidak mungkin juga dia mengenakan dress atau pakaian keluarnya, akhir nya Reya tetap akan memakai celana pendek dan tank top yang ada.
Terserah saja lah.
Eh,
Tidak juga deng. Reya benar akan mengenakan pakaian pendek itu. Tapi dia juga tidak se cuek dan tidak perduli itu, dia telah memutuskan untuk menutup seluruh tubuhnya nanti menggunakan selimut, jadi meski berpakaian kurang bahan Ronal tidak akan bisa melihatnya.
Okay ... Reya pintar!
Akhirnya Reya selesai dengan urusan berpakaiannya tersebut. Reya pun keluar dari ruangan walk in closet tersebut santai.
Saat tiba di kamar, dia sempatkan untuk mengedarkan mata menyusuri ruangan. Dan yups tetap tidak ada siapapun di sana.
Reya harus melakukan apa ya hari ini.
Dia mencoba berfikir dalam, sejujurnya dia sendiri ingin berenang, tapi di sisi lain dia juga malas sebab dia baru saja mandi dan ganti baju. Rambutnya saja belum kering sepenuhnya.
Setelah lumayan berfikir panjang, akhirnya Reya memutuskan untuk duduk di kursi bulat depan tadi sambil membaca buku yang belum dia selesaikan baca tadi _karena insiden ulat yang menempel di bahu_, tidak hanya baca tapi Reya juga makan. Dia mengemil cukup banyak snack di sana. Edan memang wanita itu.
Padahal bukan hanya memakan snack saja. Tapi Reya juga memakan makanan berat yang dia beli sebelumnya.
Pikir Reya kalau perut nyaman hati selalu tenang. Jadi sekuat tenaga dia akan mengisi perutnya sesuai kebutuhan yang dia inginkan.
Akhirnya kegiatan Reya membaca buku pun berlalu dengan cepat, tanpa sadar sudah sampai sore hari saja.
Merasa lelah membaca buku, Reya ganti rebahan di atas ranjang, sambil menonton drama Korea di sana.
Mungkin banyak orang berfikir Reya menyia nyiakan waktu liburannya. Tapi ya beginilah Reya merasa liburan yang worth it itu, menurut Reya dia bisa benar benar men charger tenaga dalam tubuh, bukan yang malah akan menghabiskan terus untuk berjalan jalan di luaran sana. Sudah di bilang Reya bukan anak yang terlalu suka jalan-jalan, makanya dia suka cara liburan seperti ini. Tetap ada kok waktu jalan jalan, cuma ya tidak terus terusan.
Hehe begitulah kawan, tapi ingat jangan samakan semua orang seperti Reya ya. Setiap orang memiliki cara men charge tubuh masing masing.
Okay kembali ke Reya. Wanita itu asyik maraton drama hingga lagi lagi tidak sadar kalau waktu sudah cukup larut malam, yakni pukul 10. Dan Reya juga sudah mulai merasa mengantuk di sana. Oleh karenanya dia memilih mematikan televisi yang tergantung di depan sana _di pembatas kayu garis garis itu. Walaupun dia masih kurang menyelesaikan 3 episode lagi sebelum ending dan mengetahui apakah tokoh utama wanita berakhir mati atau tidak, tapi yang pasti Reya sudah tidak kuat menahannya.
Sebelum memejamkan mata sepenuhnya, Reya tadi sempat melihat sekeliling kamar, yang mana dia baru ingat jika Ronal masih belum juga pulang meski waktu bisa di bilang sudah malam itu.
Hingga malam cukup larut bahkan pria itu tak kembali ke penginapan?
Hm ..., harusnya Rdya senang kan ya, tidak ada orang yang harus dia canggungi di sana. Jadi dia bisa leluasa melakukan segalanya.
Semoga saja pria itu tak kembali ke penginapan ini sekalian.
Doa itulah yang semat di dalam hati Reya, sebelum dia benar benar memejamkan mata sepenuhnya.
Tapi ternyata doa Reya sepertinya sama sekali tidak di ijabah oleh tuhan. Sebab beberapa menit setelah Reya masuk ke dalam alam mimpi, pintu kamar itu terdengar di buka dari luar ...
Cklekk ...
Dan yups, orang yang tiba di sana adalah pria itu ..., Ronal!