“Ceraikan Mama, Yah! Kembalikan semuanya ke posisi awal!” Kalimat yang keluar dari bibir remaja itu, membuat ketiga orang dewasa yang berada di tempat itu tak mampu berkata-kata. “Anis!” Suci yang pertama kali mengeluarkan suara. “Kenapa, Ma?! Bukankah kita baik-baik saja dulu, meskipun Papa tidak pernah perhatian sama kita? Dan sekarang, giliran aku udah terlena dengan semuanya, aku nggak boleh terlena?! Kalian orang dewasa yang egois! Kalian hanya memikirkan perasaan kalian sendiri! Ikbal! Udah selesai, kan? Ayo kita berangkat pakai taksi!” Anis tetap keras kepala. Ia muak dengan keadaan yang saat ini sudah terlanjur tercipta. “Iya, Kak!” Ikbal sudah berniat mencium tangan orang tuanya, tetapi Anis sudah berteriak memanggilnya. “Buruan, Ikbal!” “Anis! Apa nggak bisa kamu menghor