Di bawah langit mendung yang mengisyaratkan hujan, Paulina duduk sendirian di sudut sebuah kafe yang tenang. Di hadapannya, secangkir teh hangat dan buku rekomendasi Jagapathi tergeletak rapi. Meski berusaha tampak sibuk membaca, pikirannya terus berputar, memikirkan hubungan mereka. Ketika ponselnya bergetar, dia langsung meraih dan menelpon Layla, sahabatnya yang selalu punya cara unik untuk menjawab kegelisahannya. “Gimana rasanya berhubungan sama Om-om?” tanya Paulina langsung begitu panggilan diangkat. “Hah? Rasanya?” jawab Layla, nada suaranya penuh tawa. “Enak sih, hentakannya kuat, terus lebih berpengalaman.” Paulina langsung mendengus kesal. “Bukan itu, anjirrr! Maksud gue, hubungan kalian selama ini gimana? Komunikasinya lancar nggak?” Layla tertawa lebih keras, terdengar sep