Benang Takdir

2485 Kata

"Gimana dong? Image gue jadi jelek di depan calon mertua gue," keluh Paulina, memegangi kepalanya dengan dramatis. Layla yang sudah mendengarkan keluhan itu untuk entah keberapa kalinya hanya mendesah panjang. Dengan spontan, dia mengambil buku yang dibawanya dan menimpuk kepala Paulina pelan. "Udah, cepetan lu susun proposal buat skripsi! Bukannya ngingetin kejadian itu terus-terusan!" seru Layla, nada suaranya setengah kesal setengah putus asa. Paulina meringis, memegangi kepalanya sambil menatap Layla dengan tatapan memelas. Mereka duduk di salah satu bangku koridor panjang yang menghubungkan gedung fakultas dan gedung kelas. Koridor itu biasanya sepi saat jam-jam tertentu, membuatnya menjadi tempat santai favorit mahasiswa yang ingin menghindari keramaian. "Tapi serius, Lay, gimana

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN