“Nyonya, apa yang Nyonya lamunkan?” Bibi Aline datang menghampiriku dengan segelas jus di apel di tangannya. Beliau meletakkan gelas jus itu di atas meja dan mempersilahkan aku meminumnya. “Silahkan diminum Nyonya. Aku menoleh pada Bibi Aline dan tersenyum, “Terima kasih Bi.” Bibi Aline duduk di kursi yang ada di hadapanku. Meski beliau hanya pengasuhku saat masih kecil dan Ariella, tapi beliau sudah seperti orang tua bagiku. Tidak ada perbedaan di antara kami. Aku tidak memperlakukannya seperti pelayanku, tapi seperti ibu ku. Dan duduk satu meja sudah biasa bagi kami. “Nyonya, apa yang sedang nyonya pikirkan?” “Tidak ada Bi.” Aku menggelengkan kepala. “Bagaimana dengan keadaan Tuan Xander? Kemarin Ariella bercerita bahwa ia merasa sangat senang