Aku menggerakkan tubuhku berusaha bangkit dari tempat tidur untuk duduk. Namun tubuh yang sangat lemah membuatku tak berdaya. Abraham Xander yang sudah berada di samping tempat tidur membantuku untuk duduk dan berkata dengan lembut, “Sayang, hati-hati. Kamu baru saja sadarkan diri.” “Tidak apa-apa.” Aku menjawab sambil duduk di bantu Abraham Xander. “Apa masih terasa sakit? Apa yang sakit?” “Perutku masih sedikit sakit.” Abraham Xander yang tadinya berdiri kini duduk di sampingku. Ia menyandarkan tubuhku di pelukannya dan memelukku dengan erat. “Sayang, aku sangat mencemaskanmu. Aku sangat takut kehilanganmu. Aku benar-benar sangat takut kehilanganmu dan juga bayi kita.” “Aku yang minta maaf telah menyakiti perasaanmu.” “Bukan, aku yang salah. Aku yang salah, telah