“Bagaimana dengan ramennya? Enak tidak?” Aku bertanya dengan nada cemas pada Abraham Xander. Aku sangat cemas jika masakanku tidak sesuai dengan lidahnya. Karena sejujurnya aku sangat jarang memasak. Dan biasanya Bibi Aline yang menyiapkan semuanya. Abraham Xander mengangguk sambil menikmati ramen yang ada di hadapannya dengan lahap, “Ya, sangat enak.” “Syukurlah.” Aku tersenyum lega lalu mengulurkan tangan memberikan topping pada mangkok ramen milik Abraham, “Tambahkan ayam suwir dan irisan telur ini agar lebih enak.” “Terima kasih, sayang. Nanti setelah menikah, aku ingin lebih sering makan masakanmu.” Aku menghentikan gerakan sumpitku dan memandangi Abraham dengan ragu, “Sayang, sejujurnya aku tidak terlalu bisa masak. Nanti kamu bisa tersiksa makan m