“Freya, tolong bantu aku.” Tonny Dalex berbicara dengan wajah yang pucat.
Aku yang sedang menyoret kertas di atas mejaku, mendongak kaget melihat Tonny Dalex datang kembali dengan wajah menyedihkan. Wajahnya yang pucat pasi dan nafasnya yang tidak beraturan berjalan terlunta-lunta kearahku. Aku sedikit ternganga melihat pemandangan yang ada di hadapanku. Sedangkan Abraham Xander masih duduk santai membaca majalah dengan posisi malas seolah tidak melihat.
“Kak Tonny, apa yang terjadi?”
“Apa kamu sudah merencanakan ini semua Freya?”
Aku mengerutkan dahi menatap Tonny Dalex yang berdiri lemas di hadapanku. “Apa maksud kak Tonny?”
“Freya, siapa yang ada di belakangmu sebenarnya?”
“Kak Tony, aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Kak T
