“Pelukan dapat meredakan pelik yang dirasa.”
***
Gya Sangster dan Sabrina tidak menyangka akan bertemu dengan Bella Ar-Rasyid. Model ternama sekaligus artis yang namanya sangat dikenal dunia bukan hanya karena bakatnya melainkan karena dia juga adalah seorang istri dari seorang raja bisnis muda—Alden Jhonson. Bella datang tidak sendirian. Dia bersama dengan Angel. Sahabat kecilnya.
“Jadi, ada apa gerangan artis so sibuk ada di sini?” sindir Sabrina yang pernah ada dalam satu projek bersama dengan Bella.
“Hahahah.. kalian ini bagaimana! Aku kan stay di sini sejak kecil, kalian lah yang harusnya aku tanya. Kenapa kalian berdua ada di sini? Bukan kah Indonesia lebih baik dibandingkan negara asing yang tidak kalian tahu seperti apa?” sindiran menohok Bella membuat Angel lebih memilih menyaksikan perdebatan mereka berdua bersama Gya dibandingkan ikut campur dengan dua perempuan keras kepala seperti mereka.
“Sialan medusa ini! Tentu saja kami ke sini karena bekerja! Memangnya kamu yang hidup hanya dengan sendok emas kebanggaan kamu itu.” jawaban tidak bersahabat Sabrina membuat Bella mendengus. Memang dia tidak bisa akur dengan sahabat dari Gya ini. Perempuan yang tergila-gila dengan kakaknya Gya ini lebih menyebalkan dibandingkan sahabat Bella lainnya.
“Hei b***h! Jaga mulut kamu! Aku tidak pernah berleha-leha meski keluargaku kaya raya! Aku juga bekerja dengan orang lain. Jangan samakan aku dengan dirimu!” omel Bella membuat Angel dan Gya menarik nafas mereka. Beruntungnya pertemuan mereka diadakan diruangan VVIP di restoran ini. Kalau tidak? Habis sudah wajah Sabrina dan Bella akan jadi headline news nantinya. Sebagai sekretaris bagi sahabatnya, Gya dan Angel sangat tahu seperti apa dunia modeling, jadi wajar saja kalau pertemuan Sabrina dan Bella selalu tidak baik. Karena Sabrina selalu saja menjadi objek bandingan. Yang mana karena merasa dibandingkan dengan Bella yang notebene sahabatnya dia jadi kesal sendiri! Makanya perdebatan ini akan selalu ada.
“Sialan kau, Bella! Maju sini. Biar aku acak-acar wajah sok cantik kamu!” seru Sabrina.
“Lah? Aku mah memang cantik! Iri? Bilang Bos!” jawab Bella dengan wajah menyebalkannya.
“Ekhem.. bisakah kalian berdua diam?!” omel Angel dan Sabrina kompak.
“Angel, sudah aku katakan aku hanya mau bertemu dengan Gya kenapa Nenek lampir ini ada di sini!” seru Bella dengan wajah kesalnya.
“Sial—“
“Diminum dulu supaya kepala kalian berdua tidak panas.” Billy muncul dengan beberapa pegawai menyiapkan makanan di meja Bella dan sahabatnya. Billy tahu siapa perempuan yang diajak bertengkar oleh adiknya. Yang pasti semua bermula dari perempuan itu yang tidak sengaja menabrak adiknya di masa lalu dan tidak mau meminta maaf padahal adiknya kala itu terluka akibat kebodohannya.
“Billy! Sampaikan pada kembaran kamu itu jangan sok cantik! Nanti aku rebut suaminya baru tahu rasa!”
“Kak Billy yang tampan! Sampaikan pada Nenek lampir itu! Alden tidak akan tegoda dengan b***h seperti dia! Yang harusnya dia takutkan itu Grady Sangster! Bisa saja Kakak Gya itu jatuh cinta padaku. Secara aku sangat cantik!”
“Sialan kau Bella! Grady milikku dan selamanya akan jadi milikku!” Sabrina menyerang Bella dan beruntungnya Billy sigap melindungi adiknya.
“Medusa gila! Grady itu sudah punya istri dan anak! Dasar perempuan gagal move on!” balasan Bella tentu saja menohok hati Sabrina. Jika bukan karena bantuan keluarga Bella lepas keadaan kedua orang tuanya tiada. Sabrina tidak akan merasa berhutang budi pada keluarganya. Sabrina tidak menyukai Bella. Sialan.. Sialan.. Sialan…
“Ada apa ini?” Alden muncul bersama Grady, Samuel dan Hansuke. Lelaki itu menatap Sabrina dengan tajam. Alden tahu bagaimana kisah Sabrina di masa lalu. Walau keluarga istrinya membantu Sabrina, perempuan yatim-piatu ini selalu saja tidak bisa akur dengan Bella hanya karena masalah tabrakan yang tidak ada kata maaf sampai detik ini.
“Grady! Sampaikan pada perempuan jaham itu! Kalau kamu akan menceraikan istri kamu dan menikah denganku bukan?” Sabrina memeluk lengan Grady membuat lelaki itu menahan sesuatu yang bergejolak di bawah sana.
Sedangkan Gya meminjat dahinya. Ia pusing dengan Bella dan Sabrina yang tidak pernah akur. Gya tahu Sabrina mendapat banyak bantuan dari keluarga Bella ketika kedua orang tuanya meninggal dunia. Tapi, ego Sabrina yang besar itu membuat keduanya tidak akur. Gya tahu Bella tidak akan pernah bertingkah seperti ini jika Sabrina tidak memulainya sejak awal.
Gya ingat sekali waktu itu Sabrina salah karena menabrak mobil Bella, bukan meninta maaf perempuan itu malah memarahi Bella dan menghina Bella. Dari kejadian itulah kedua orang tua Sabrina turun tangan dan meminta maaf atas nama anaknya. Bella yang kesal tidak merespon, karena menurut Bella ini masalah mereka bukan masalah orang tua mereka. Dan sejak itulah bendera permusuhan keduanya siarkan. Sabrina yang dimanja sejak kecil dan selalu dituruti apa yang dia inginkan membentuk perempuan itu menjadi sosok kekanakan dan egois. Tapi berbeda dengan Bella. Meski di manja dan dilimpahkan kasih sayang, Bella sosok yang mandiri, dewasa dan tegas. Ia hanya bersikap keras kepala jika apa yang dia yakini benar dan dia akan bersikap egois ketika Alden disentuh orang lain.
Sejak kepergian kedua orang tua Gya dan kedua orang tua Sabrina. Gya dan Sabrina memutuskan untuk saling melindungi satu sama lain. Berkat bantuan keluarga Bella kehidupan mandiri mereka berjalan dengan lancar di negara ini. Sedangkan bisnis keluarga Sabrina yang kini diambil alih Kakaknya pun berjalan sebagaimana mestinya dengan suntikan dana keluarga Bella. Bella itu penolong mereka, tapi Sabrina itu selalu keras kepala! Ia tetap akan beragumen dengan Bella setiap kali mereka bertemu. Hal itu membuat Gya pusing. Bahkan Gya yakin Angel juga pusing, karena di circle Angel Bella tidak pernah berperilaku seperti ini.
Niat mau mendengarkan cerita Bella, malah menyaksikan perdebatan kedua manusia yang tidak mau mengalah. Padahal Gya sudah meluangkan waktu liburnya untuk mendengarkan apa yang Bella akan jelaskan padanya. Tapi karena ada Sabrina semua jadi gagal! Sabrina selalu saja merusuh jika bersama dengan Bella. Arghhh… Gya kesal sekali!
“Kamu bicara apa? Sudah lah lebih baik kita duduk saja bagaimana? Sepertinya kalian tidak mau akur. Padahal kalian sudah dewasa loh.” Grady tidak menjawab pertanyaan Sabrina membuat Bella tertawa di tempatnya.
“Hahahah.. Sabrina bodoh! Tidak mungkin Grady bercerai dengan istrinya hanya karena manusia egois dan kekanakan seperti kamu!” semprot Bella membuat Alden melonggarkan dasinya dan meminta Billy bertukar posisi dengannya. Bella yang seperti ini tidak akan bsia berhenti jika bukan dia yang jadi tameng saat ini.
“Sweety? Ingat tujuan kamu ke sini bukan?” kata Alden membuat Bella mendengus.
“Siapkan ruangan khusus untuk aku, Angel dan Gya.” Billy langsung meminta adiknya untuk mengikuti asistennya. Sedangkan Sabrina sengaja mereka tinggalkan di ruangan tadi bersama para lelaki dan juga Billy.
“Sabrina, sampai kapan kamu akan bertingkah kekanakan seperti ini?” tanya Hansuke yang kini duduk di tempatnya. Hansuke tahu Grady tidak akan menceraikan istrinya apalagi ada anak lelaki di antara mereka. Besar kemungkinan, mereka hanya menunggu waktu saja sampai Grady terjebak dengan permainan Sabrina. Hansuke tahu Sabrina akan segila apa jika menyangkut kesenangannya. Makanya Bella bersikap seperti itu pada Sabrina karena Hansuke tahu Bella tidak akan pernah menyukai perempuan perebut suami orang!
“Sampai tujuanku tercapai.” balas Sabrina tidak takut meski lelaki di depannya adalah lelaki berkuasa.
“Kamu secinta itu pada Grady meski dia sudah memiliki istri?” tanya Billy tidak habis pikir.
“Cih. Tentu saja! Aku yakin mereka menikah bohongan. Tidak mungkin seorang Grady yang sangat cinta mati denganku bisa hidup dengan perempuan lain. Apalagi perempuan seperti Andin. Kalian tidak tahu saja seperti apa perempuan seperti Andin.” wajah sombong Sabrina membuat semua lelaki di sana menatapnya dingin tapi tidak dengan Grady yang menatap perempuan itu dengan perasaan rindunya.
“Apa yang kamu tahu tentang Andin?! Kamu hanya orang asing.” suara Samuel memancing Sabrina.
“Orang asing? Coba tanyakan pada Grady hampir seluruh hidupku aku curahkan padanya dan aku tahu siapa perempuan pertamanya dan dia memperkosa Andin? Itu tidak mungkin! Jika malam itu dia bersama denganku untuk apa dia memperkosa Andin?” pertanyaan Sabrina menohok Samuel.
“Bukti apa kamu tidur dengan Grady malam itu? Dadar bocah ingusan!” sarkas Samuel.
Sial! Sabrina tidak punya bukti dan pasti Grady hanya menganggapnya orang gila. Karena malam itu Grady sangat mabuk. Sabrina harus ubah rencana supaya lelaki sialan di depannya ini percaya dengannya dan tidak memusuhi Grady lagi.
“Tidak punya bukti bukan? Pantas saja Bella tidak menyukai kamu. Ternyata kamu perempuan seperti ini?” sindir Samuel dengan kata-kata kasarnya.
“Cih.. Bella terus di pikiran kalian! Sehebat apa si jalang satu itu? Hanya menang kaya saja bukan?” Grady memecahkan gelas ditangannya.
“Bisakah kamu tidak bersikap seperti ini? Kamu tidak lupa kan siapa Bella? Dia penyokong bisnis keluarga kamu dan keluargaku di saat ambang kebangkrutan. Seharusnya kamu berterima kasih padanya bukan malah menghina Bella seperti ini. Ingat, Sab. Sikap kamu seperti ini akan jadi malapetaka untuk kamu nantinya. Sebaiknya ubah sikapmu. Dewasalah! Keluarga Bella tidak ada sangkut pautnya dengan kematian keluarga kamu atau pun keluargaku. Yang harusnya kamu curigai adalah mantan kekasihmu. Bukankah dia terakhir kali bertemu dengab kedua orang tuamu? Aku rasa kehadiranku cukup di sini, jangan pernah menyalahkan Andin atas kejadian tiga tahun lalu. Karena jika kamu menemukan jawabannya kamu pasti akan menyesali semua yang kamu lakukan saat ini. Jika bukan karena dia bisa saja kamu lah yang ada di posisinya sekarang.” Grady melangkah keluar meninggalkan Sabrina yang terdiam kaku di tempatnya. Alden pun merasa tidak ada urusan di sini beranjak pergi bersama dengan Billy. Sisa Samuel dan Hansuke di sana. Kedua lelaki itu menatap Sabrina dengan tatapan dinginnya.
“Giorno mantan kamu bukan? Model sok tampan yang mendekati siapa saja termasuk Bella. Ah, apa mungkin kamu membenci Bella karena lelaki itu tertarik dengannya?” sindiran Hansuke tepat sasaran. Karena raut wajah Sabrina berubah seketika. Bahkan Samuel melihat segala perubahan perempuan itu. Sekarang Samuel yakin ada hubungannya kejadian tiga tahun lalu dengan perempuan di depannya.
****