Emi mengetuk pintu kamar Emira dengan pelan, memanggil putrinya itu dengan lemah lembut. Sambil menahan agar dia tidak emosi menghadapi anak pertamanya itu. “Emira, buka pintunya, Sayang. Mama mau dengar alasan kamu melakukan itu!” tukasnya, sejenak menghela nafas dalam-dalam karena dia paling tidak bisa merangkai kata-kata lembut untuk membujuk orang. “Mama pergi saja, bilang sama mereka kalau pestanya sudah selesai!” sahut Emira dari dalam kamar. Emi menarik nafas lelah. Arron yang terlalu menuruti semua keinginan Emira, dan memberikan contoh yang lugas dalam segala hal, membuat anak itu juga tumbuh menjadi anak yang kritis dan terlalu blak-blakan. Arron dan Lexi selalu jadi tameng Emira jika perbuatannya menimbulkan masalah pada orang lain. “Sayang, bagaimana caranya pesta tanpa kam