*** Ciuman itu terhenti bukan karena keinginannya. Ponsel di saku celananya berdering, memecah keheningan yang baru saja dipenuhi degup jantungnya sendiri. Nada itu menusuk telinganya, mengingatkan bahwa dunia luar tak pernah benar-benar tenang. Oscar tahu, panggilan semacam ini jarang membawa kabar baik— entah laporan anak buah, entah pesan dari sepupu. Apa pun itu, instingnya berkata, jangan abaikan. Beverlyn masih terjebak dalam gaun pengantin putihnya ketika dua perempuan kepercayaan Brianna masuk ke kamar. Mereka bergerak cekatan, membantu sang nyonya muda melepaskan gaun, merapikan rambut, juga membersihkan riasan di wajahnya. Oscar mundur beberapa langkah. Ia bukan tipe pria yang suka berdesakan di ruang yang sudah dipenuhi tangan-tangan lain. Jadi ia memilih keluar, meninggalkan