***
Begitu penampilan Beverlyn sudah sedikit rapi, Oscar meraih jemarinya yang sempat sibuk sendiri dan membantunya menata rambut panjangnya yang masih agak berantakan. Sentuhan singkat itu sederhana, tapi tetap saja membuat pipi perempuan itu merona tipis.
Beverlyn kemudian mengambil tasnya, memasukkan ponsel, dan berdiri bersiap. Oscar tidak berkata apapun, hanya menggenggam tangan manis itu dan menarik langkahnya keluar ruangan. Genggamannya erat namun tak menyakitkan, membuat Beverlyn menurut tanpa banyak tanya.
Mereka masuk ke dalam lift. Beverlyn awalnya mengira Oscar akan menekan tombol lantai dasar, tapi alisnya langsung bertaut tatkala pria itu justru menekan angka sepuluh.
“Kenapa kamu menekan angka sepuluh? Kita naik ke atas buat apa?” tanyanya sambil mendongak, menatap waja
