*** Tak bisa lagi menahan kekesalannya terhadap semua sindiran dan cibiran dari sang kakek, Oscar akhirnya melangkah mendekat. Wajahnya datar, bahkan lebih datar daripada sebelumnya. Derap langkah kakinya terdengar jelas di tempat itu … halaman samping mansion yang kini sunyi, hanya diisi oleh desir angin sore. Oscar berhenti tepat satu langkah di belakang Morgan. Suaranya terdengar dalam dan dingin saat berkata, “Bujang sialan, hah?” sindirnya telak. Morgan langsung mengulum senyum kecil, namun sebelum berbalik, ia sempat menyesuaikan ekspresi. Saat akhirnya ia memutar tubuh, ia menghadapi cucunya dengan gaya dramatis yang dibuat-buat. “Ya Tuhan,” gumamnya lirih. Ia meletakkan tangan di d**a, pura-pura terkejut. “Kau mengagetkan Grandpamu ini, wahai cucuku tersayang.” Oscar memutar