*** “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Oscar sembari melepaskan earphone dari telinganya. Jarinya menekan samar benda kecil itu sebelum melemparkannya asal ke atas meja— jatuh tepat di atas keyboard laptopnya. Beverlyn sempat terkejut melihat gerakan kasar itu. Calon suaminya ini benar-benar tidak pernah menunjukkan kelembutan sedikit pun. Namun tentu saja ia tidak berani mengatakannya secara langsung. Jadi, yang bisa ia lakukan hanyalah menahan diri, membatin dalam hati, lalu menghela napas pelan. “Speak, Erlyn,” ujar Oscar dengan nada berat yang terdengar seperti geraman. Ia tampak tak senang karena perempuan itu hanya diam, tanpa kunjung menyatakan maksud kedatangannya. Beverlyn semakin gugup. Keberaniannya yang sempat terkumpul ketika memutuskan untuk menemui pria itu mendadak c