“Kamu sudah sadar, Al?” Alya mengerjap perlahan, menyesuaikan matanya dengan cahaya putih dari lampu di langit-langit. Kepalanya masih terasa berat, dan ada perban yang melilit di dahinya. Rasa nyeri menjalar di sekujur tubuhnya, tapi yang pertama kali ia rasakan adalah genggaman hangat di tangannya. Ia menoleh dan melihat Ethan duduk di samping ranjang, masih mengenakan pakaian yang sama sejak kecelakaan. Wajahnya kusut, rambutnya berantakan, dan matanya merah seolah tak pernah terpejam. “Kak ….” Suara Alya serak. Ethan menggenggam tangannya lebih erat. Nafasnya lega, seolah beban yang menghimpit dadanya sejak tadi mulai terangkat. “Alya ….” Suara Ethan parau. Ia menunduk, mencium punggung tangan Alya dengan penuh perasaan. “Kamu sudah sadar … syukurlah.” Alya mencoba mengulas senyu