Alya meremas surat itu dan melemparnya ke tong sampah. Rasa sakit yang ia rasakan saat melihat Adrian menyetubuhi Ilona masih terasa begitu nyata. Sampai dunia kiamat sekali pun, Alya takkan pernah memaafkan mereka, setidaknya begitu pikirnya. Wanita itu berjalan keluar kantornya dengan langkah tegap. Tapi tanpa sadar, setetes air mata membasahi pipinya, membuat langkahnya terhenti seketika. “Ngapain sih aku nangis?” Ia mengusap air matanya kasar. Alya mengulurkan tangan untuk memegang handle pintu, namun sebelum ia sempat membuka pintu, air matanya kembali jatuh. Kali ini tidak hanya setetes, tapi menganak sungai dengan deras. Hingga wajahnya basah, bajunya pun basah. Rasa sakit yang ia tahan selama dua minggu terakhir, yang ia sembunyikan di balik kesibukannya menyiapkan pernikahan