Pagi itu, cahaya matahari condong lembut, jatuh di antara pepohonan tropis yang menjulang tinggi. Venue pernikahan disulap menjadi sebuah taman impian: kursi-kursi putih tersusun rapi, dihiasi bunga segar dengan warna putih dan hijau, sementara altar kayu alami dililit mawar dan anggrek bulan, memantulkan kilau kristal kecil yang diselipkan di antaranya. Dari kejauhan, suara gesekan biola mengalun, berpadu dengan angin yang membawa aroma laut. Para tamu undangan duduk di kursi masing-masing, sebagian besar adalah orang-orang penting: pengusaha besar, politisi, selebritas, hingga sosialita internasional. Mereka berbicara dengan suara tertahan, seakan menyesuaikan diri dengan khidmatnya suasana. Di depan altar, Sean Mahardika berdiri dengan tuxedo hitam sempurna. Rambutnya rapi, wajahnya t

