[Chapter 21+] Sean menutup laptopnya di kantor lebih cepat dari biasanya. Rapat sore ditunda, dokumen yang menunggu tanda tangan dititipkan ke Joseph dengan instruksi singkat: “Tidak ada yang boleh mengganggu dan menghubungiku sampai aku kembali.” Kalimat itu cukup untuk membuat seluruh tim paham bahwa sang CEO sedang tak bisa diganggu. Seperti biasa, tak ada yang berani membantah. Mobil hitamnya meluncur cepat menembus lalu lintas Jakarta. Di balik kaca gelap, Sean bersandar, wajahnya menegang. Ada bara yang sejak siang tadi ia tahan ketika melihat Gwen begitu dekat dengan Nadine di butik Éclat x Celestine. Bara itu bercampur cemburu, haus, dan rasa memiliki. Ia harus melihat Gwen. Sekarang juga. Penthouse megah di pusat kota menyambutnya dengan cahaya lampu temaram. Begitu pintu terbu

