[Chapter 21+] Lampu remang dalam kamar rahasia itu berpendar lembut, menyulut suasana yang serba merah dan hitam. Udara terasa berat oleh aroma lilin aromaterapi bercampur dengan ketegangan yang menggantung di udara. Gwen masih terbaring di ranjang satin, tubuhnya terasa ringan sekaligus gemetar setelah permainan sebelumnya. Rambutnya kusut, pipinya merah padam, napasnya belum sepenuhnya teratur. Pintu laci di sisi ranjang kembali terbuka. Kali ini, suara logam beradu terdengar jelas—sepasang borgol berkilau di tangan Sean. Gwen menelan ludah, matanya membelalak, seolah antara takut dan penasaran. Borgol itu dingin, keras, kontras dengan kelembutan yang baru saja ia rasakan. Sean menatapnya dalam-dalam, matanya gelap oleh obsesi. “Aku ingin kamu mendesah keras dan menyahkansepenuhnya tu

