Nadine duduk di tepi tempat tidur, masih mengenakan gaun panjang biru lembut. Ia belum berganti pakaian, pikirannya berkelindan terlalu banyak. Kalung itu — bulan dan bintang bertabur berlian — masih tergeletak di atas meja rias, di mana tadi tangannya meletakkannya setelah menemukannya di karpet dekat ranjang. Ia sempat menatap benda itu lama, mengelus bentuknya perlahan, seolah menyentuh luka yang belum tahu seberapa dalam. “Indah sekali,” gumamnya pelan. Suaranya nyaris tenggelam dalam dengung lembut AC. Indah… tapi bukan miliknya. Ia tahu benar desain itu. Ia melihatnya sendiri di sketsa Sean beberapa minggu lalu. Desain yang katanya Sean buat spesial untuk koleksi Eclat berikutnya. Tapi sejak awal Nadine merasa, ada sesuatu di balik kata “spesial” itu — sesuatu yang tidak pernah

