Jingga membuka mata perlahan ketika sayup-sayup ia mendengar suara suaminya tengah mengaji. Bacaannya terdengar jelas, tidak terlalu cepat tapi juga tidak lamban, dengan suaranya yang mengalun merdu di tengah dinginnya malam begitu menyejukkan kalbu. Wanita itu melirik mesin penunjuk waktu, jarum jam menempel di angka tiga pagi. Jingga menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan menuruni ranjang hendak ke kamar mandi. Seketika saja tubuh Jingga menggigil ketika kulitnya bersentuhan dengan air yang terasa sedingin es. Perasaan tak nyaman kembali muncul membuat isi perut Jingga bergolak minta dikeluarkan. "Hoek ... Hoek." Jingga tak tahan lagi. Ia berdiri di depan wastafel sambil memegangi perutnya yang luar biasa tak nyaman. Akan tetapi sama sekali tak ada cairan yang keluar selain hany

