“Kak Tony… sakit… tolong aku…
Lirih Linda pelan saat merasakan sakit di kepalanya, membuat Tony langsung menggendong tubuh Linda, karena Tony melihat kepala Linda sudah dipenuhi oleh cairan merah.
Tony membawa Linda ke rumah sakit, dan tidak melihat ke arah Diva yang memiliki nasib lebih mengenaskan daripada Linda.
Padahal, selain karena nasib Diva yang lebih mengenaskan daripada Linda, Diva juga sedang mengandung darah daging Tony yang seharusnya Diva lah yang harus mendapat pertolongan lebih dulu daripada Linda, karena Diva ada dua nyawa yang harus diselamatkan.
Sayangnya, Tony malah lebih memilih menyelamatkan Linda lebih dulu, daripada menyelamatkan istri dan anaknya.
Mungkin nasib Diva belum punya keberuntungan, hingga sang suami lebih peduli pada sahabatnya daripada pada dirinya yang statusnya jauh lebih berharga dari seorang sahabat.
Diva tidak tau siapa yang menolongnya.
Diva baru sadar dan langsung melihat ke sampingnya bahkan ke seluruh sisi ruangan, berharap ada Tony. Sayangnya, Diva harus menelan pahit saat melihat di kamar rawatnya tidak melihat Tony.
Diva bangun dan pintu kamarnya terbuka, Diva pikir Tony yang datang, ternyata seorang dokter dan perawat yang datang.
“Nyonya jangan bangun dulu, kondisi Nyonya masih kurang sehat. “ Kata dokter meminta agar Diva tidak bangun.
Diva yang mendengar ucapan dokter tidak merasa senang ataupun sedih karena ternyata anaknya masih selamat. Entah kenapa, Diva tidak merasa senang, padahal seharusnya Diva merasa senang karena anaknya baik-baik saja. Tapi, Diva malah tidak memiliki rasa bahagia itu.
“Nyonya, hampir saja kami gagal menyelamatkan bayi yang ada dalam kandungan Nyonya. Tapi syukurlah, anak Nyonya sangat kuat. “ Kata dokter yang tidak mendapat tanggapan apapun dari Diva. Diva tetap diam saja dan memandang lurus ke depan.
Dokter mencoba mengecek kondisi Diva, dan dokter kembali meminta Diva untuk istirahat, lalu berpamitan ke luar.
Baru saja dokter membuka pintu kamarnya, Diva sudah membuka suaranya hingga dokter terpaksa menghentikan langkah nya.
“Boleh saya bertemu dengan dokter di lain waktu. Saya ingin bertemu dokter secara pribadi, “ kata Diva dengan nada dinginnya.
“Boleh, Nyonya. Katakan saja kapan anda ingin bertemu dengan saya,” kata dokter mempersilahkan Diva untuk membuat temu janji dengannya.
“Dalam waktu dekat ini saya ingin bertemu dengan dokter. “ Kata Diva tegas, yang langsung dimengerti oleh dokter. Diva pun mempersilahkan dokter pergi meninggalkan kamar rawatnya.
Suasana di kamar Diva terlihat sangat mencekam, sudah seperti suasana di dalam gua. Diva terus menatap lurus ke depan dengan sorot mata yang terlihat begitu sangat mendalam, yang artinya Diva benar-benar sangat tersiksa batin, dan merasa tidak mampu untuk menyimpan duka lara dalam rumah tangganya.
“ Semoga Pilihanku kali ini merupakan pilihan yang tepat. Setelah aku memutuskan pilihan ini, aku akan menghapus jejak benih CEO Tony yang ada dalam rahimku.” Gumam Diva pelan, yang entah Apakah itu suatu kebetulan atau hal yang memang pertanda sebuah kutukan, di mana kata-kata Diva yang ingin menghapus jejak benih CEO Tony dalam rahimnya itu bersamaan dengan petir yang menggelegar tanpa ada tanda-tanda akan hujan, hingga membuat Tony dan juga Linda yang berada dalam rumah sakit yang sama dengan Diva merasa terkejut saat mendengar suara petir yang tiba-tiba saja mengagetkan mereka, hingga membuat Linda langsung memeluk lengan Tony dengan begitu erat.
"Kak Tony, aku takut. Kenapa tiba-tiba ada petir?" Tanya Linda dengan nada sedihnya, dan tentunya nada itu sangat dibuat buat oleh Linda, seolah-olah Linda sangat ketakutan akan petir tersebut.
"Tidak apa-apa. Kamu tenang saja. Ada aku." Ujar Tony mencoba untuk menenangkan Linda, yang sebenarnya Tony sendiri juga merasa bingung kenapa ada petir di siang yang terlihat sangat cerah.
Linda semakin mengeratkan pelukannya saat mendapatkan kata kata manis dari Tony, merasa Iya sudah menang dari Diva, dan merasa memiliki peluang yang tinggi untuk merebut Tony dari Diva. Tanpa Tony sadari, Linda tidak hentinya memperlihatkan senyum misteriusnya, yang entah kenapa Linda merasa memiliki banyak rencana untuk mempertahankan Tony berada di sisinya, dan segera mengakhiri pernikahan Tony dengan Diva.
Diva mencengkram kuat selimut yang menutupi kakinya, dan tangan yang lainnya menyentuh perut besarnya bersamaan dengan air mata yang mulai berjatuhan.
Entah apa maksud dari keinginan Diva untuk menghapus benih CEO Tony yang ada dalam rahimnya, dan apa maksud dari reaksi wajah Diva yang sulit diartikan saat mengetahui fakta kalau anaknya baik-baik saja, semua masih menjadi tanda tanya.
Diva mencoba turun dari ranjang rumah sakit, dan berniat untuk menemui dokter yang sudah membuat janji tadi. Sayangnya Diva tidak bisa melanjutkan langkahnya saat Diva melihat Tony tengah memeluk Linda. Diva melihat di sebuah kamar rawat yang jaraknya tidak jauh dari kamarnya, melihat Tony begitu sangat menyayangi Linda, membuat d**a Diva Bergemuruh hebat menahan sakit dihatinya.
“Tidak bisakah sedetik saja ke kamarku untuk melihat kondisi ku? Apa tidak ingin tahu bagaimana kondisiku saat ini? “ Diva bertanya-tanya dalam hati saat melihat wajah Tony tanpa dosa memberi perhatian penuh pada Linda, sedangkan dirinya diabaikan.
Wanita mana yang rela suaminya memberi perhatian lebih pada wanita lain, dimana wanita itu adalah sahabatnya sendiri, sedangkan dirinya hanya diabaikan. Sama seperti yang dirasakan oleh Diva saat ini, sungguh rasanya tidak kuat melihat perhatian yang diberikan Tony pada Linda sangat luar biasa, memperlakukan Linda seperti ratu, sedangkan dirinya tidak jauh berbeda dengan wanita pelakor yang harus mengalah demi istri sahnya, padahal status Diva bukanlah pelakor, melainkan istri sahabatnya Tony, tapi Diva merasa dirinya bukan seperti istri sah. Pikir Diva saat ini.
Diva mulai membalikkan badannya untuk kembali ke kamarnya, namun Linda yang menyadari keberadaan Diva langsung memberitahu Tony, dan meminta Tony pergi, karena takut Diva salah paham. Yang jelas, semua itu hanya drama palsu. Linda meminta Tony segera pergi seolah-olah Linda takut menghancurkan rumah tangga Diva dan Tony, padahal kenyataannya, memang itulah yang diinginkan oleh Linda.
“Div, kenapa kamu ada disini? Kamu jangan salah paham ya, aku sama Linda…
“Kamu ngeliat aku ada disini langsung mencari pembelaan? Kamu gak nanya bagaimana kondisiku, kondisi bayi yang ada dalam kandunganku? “ kata Diva dengan penuh kekecewaan, karena disaat dirinya baru sadar dari kecelakaan nya, Tony malah berusaha untuk mencari pembelaan, bukan mengkhawatirkan kondisinya ataupun kondisi anak yang ada dalam kandungannya
“Aku rasa, kamu baik-baik saja. Hanya luka kecil saja, kan. “ Ujar Tony seraya mengangkat tangannya untuk menyentuh perban yang ada di kepala Diva, membuat Diva langsung menepis tangan Tony, hingga membuat Tony marah.
“Yah, kamu benar. Hanya luka kecil. Kembalilah masuk, karena hanya Linda yang nyawanya terancam. “ Ujar Diva setelah berhasil menepis tangan Tony, dan pergi begitu saja dengan membawa sejuta luka dihatinya saat sang suami meremehkan kondisinya.
Tony memandang kepergian Diva tanpa merasa bersalah, hingga Tony tidak mengejar Diva, dan justru malah kembali masuk ke kamar Linda. Sungguh sangat meris sekali nasib Diva.
“Dokter, aku mau aborsi…