Satu tamparan kuat mendarat di pipi Saga. Ya, itu adalah tamparan dariku yang kukeluarkan dengan sekuat tenaga sampai tanganku ikut terasa panas. Emosiku mencuat ke ubun-ubun begitu melihatnya digiring keluar oleh dua orang polisi. “Rin, udah, udah ...” Mas Dipta menarikku mundur dan aku tidak melawan karena aku hanya ingin meluapkan emosiku saja. Dengan Bella, aku tidak akan melakukan hal yang sama karena aku memang jauh lebih marah pada Saga, orang yang dulu pernah sangat kusayangi dan juga mengaku sangat menyayangiku. Aku agak malu mengungkit yang satu ini, tetapi memang begitulah kami dulu. Bagaimana bisa aku pernah jatuh cinta pada lelaki b******k sepertinya? “Itu Bella, Rin.” Mas Dipta menunjuk sisi kanan, dan benar saja, kulihat Bella yang biasanya cantik dan segar kini tam