Syakira berdiri di depan pintu berlabel Dr. Angkasa Putra Dirgantara, S.E., M.M., Ph.D.. Tangan berkeringat, jantung berdebar kencang, dan tubuhnya sedikit gemetar. Sebenarnya, dia sempat berharap jika dosen pembimbingnya adalah orang lain saja. Namun, harapannya pupus pagi tadi, saat email resmi dari fakultas masuk ke inbox-nya: “Pembimbing utama Anda: Dr. Angkasa Putra Dirgantara.” Dyakira mengetuk pintu pelan. “Permisi.” “Masuk!" Suara itu terdengar datar, tegas, dan sangat familiar. Syakira melangkah masuk. Dia membawa map dan binder tebal berisi rancangan awal proposal penelitian. Matanya melirik meja kerja dosen yang tertata rapi—dan ke sosok lelaki yang dulu begitu lekat dalam hidupnya. Dia Angkasa, yang sedang berdiri, mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam. Dia tampak