Syakira tertegun. Selimut yang menyelimuti tubuhnya kini tak lagi cukup untuk menutupi getaran hebat yang merambat dari ujung kaki hingga ke d**a. Napasnya tercekat ketika suara berat itu menyusup di telinga, familiar, candu dan begitu menggoda. “Abang...?” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. Angkasa tak berkata apa-apa. Dia hanya menatap wajah Syakira dari jarak yang sangat dekat, menyapu helaian rambut yang menutupi pipinya, lalu mengecup lembut dahinya. Dalam kegelapan kamar, hanya suara napas mereka yang saling bertaut, menyatu dalam ritme yang perlahan berubah menjadi satu. "Ah ... Abang ...?" Tangannya merengkuh pinggang Syakira dengan kehangatan yang tidak tergesa-gesa. Dia memperlakukan gadis itu seperti sesuatu yang rapuh, tapi sangat berharga. Syakira membalas dengan jemari