"Gan, menurut lo ... gimana tentang Arina itu?"
Nino langsung menanyakan kalimat itu begitu kedua pemuda itu sampai di kos- kosan mereka. Ia memandang Argan yang sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur di kamar mereka.
Tadi mereka harus menghabiskan waktu berjam- jam lamanya di kafe hanya demi mendengarkan cerita tentang Arina itu. Gadis yang meninggal dunia tiga hari lalu itu.
"Gan." Nino memanggil Argan sekali lagi.
Pasalnya Argan masih saja terdiam sembari memejamkan matanya di atas kasur itu.
"Gak tahu, No." Argan berujar dengan nada lemas.
Mengapa rasanya ia seperti sehabis melakukan latihan bela diri seharian? Sangat melelahkan bahkan hanya karena mendengarkan cerita panjang lebar dari Aryani.
"Kenapa? Sekarang lo nyesel 'kan karena udah ketemu Aryani?" tanya Nino dengan nad
