Bagas membuka kelopak matanya perlahan, kemudian menutupnya kembali ketika merasakan silau yang teramat. Matanya berulang kali mengerjap, kemudian pria itu akhirnya dapat membuka kelopak matanya lebar- lebar. Hal yang pertama kali ia lihat adalah lantai ubin putih yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Atau pernah ia lihat namun ia melupakannya. Entahlah, ia mendadak tak dapat mencerna apapun di otaknya saat ini, pikirannya blank. Apalagi kini pria itu mendadak merasakan sakit yang teramat di belakang kepalanya hingga sekitar tengkuknya. “Eh dia udah sadar.” Sebuah suara hinggap di indera pendengarannya. Bagas dengan segera mengangkat kepalanya. Ia menatap ke sekitarnya, dan mendapati bahwa dirinya tak sendirian di kamar yang tak asing baginya. Kamar ini adalah kamar milik Bella. Lalu ia