“Morning,” sapa April di pagi hari. Ia mengambil segelas air putih hangat, duduk di kursi minibar, memasukkan satu sendok makan ramuan honey, ginger, and lemon ke dalam gelasnya sebelum ia sesap perlahan. “Udah bangun, Kak?” tanya Dirga yang baru menyiduk bubur ayam ke mangkoknya. “Udah.” “Abang?” “Masih tidur di kamar.” “Ada yang pindah berarti semalam?” April mengatupkan bibir, ternyata rentetan pertanyaan Dirga sebelumnya adalah jebakan. “Rambut gue kering, Ga,” April membela diri. “Kan subuhnya jam stengah delapan. Ini baru jam lima.” “Kan gue mau ikut ke Rumah Sakit, jadi shalatnya di sana kan? Ga mungkin dong gue mandi di sana!” April cerdas bukan? “Iya sih. Bang Irgi juga belum beli hairdryer lagi soalnya. Lo kan cuma bawa handbag kecil.” “Perhatian banget sih.” “Soalnya